Melarutkan dan/atau mengencerkan cat · Mengontrol waktu pengeringan · Mengatur tingkat kekentalan. Pigment, merupakan salah satu bahan baku dalam pembuatan cat yang digunakan sebagai pemberi warna pada cat. Pigment terlarut dalam cat dan tidak larut dalam binder. Komponen ini memiliki fungsi yaitu sebagai pembentuk keindahan, pelindung
ArticlePDF AvailableAbstractKajian ini menjelaskan mengenai perkembangan kandungan timbal dalam cat, kesiapan industri lokal, dan beberapa langkah strategis dan teknis yang dapat dilakukan oleh pihak terkait untuk menghadapi rencana penghilangan kandungan timbal pada produk cat pada tahun 2020. Pengujian beberapa produk cat yang dipasarkan di Indonesia pada Agustus 2015, menunjukkan bahwa cat tembok waterbased mengandung timbal antara 10-48 mg/kg, cat enamel memiliki kandungan timbal pada kisaran 616-2254 mg/kg, cat marka jalan jenis oilbased mengandung timbal kira-kira 5876 mg/kg, cat antifouling sebesar 27 mg/kg, dan cat alkyd untuk keperluan protective coatings sebesar 50 mg/kg. Beberapa industri cat besar sudah mampu menghasilkan produk cat dengan kandungan timbal di bawah 90 mg/kg dan mencantumkan label lead free pada kemasan produknya. Tetapi industri cat menengah dan kecil belum memproduksi cat dengan kandungan timbal di bawah 90 mg/kg. Karena itu untuk menyongsong program global kandungan timbal di bawah 90 mg/kg menuju tahun 2020, pemerintah harus segera melakukan pembenahan regulasi teknis, revisi SNI, sosialisasi dan publikasi ilmiah, serta meningkatkan penelitian dan pengembangan bahan pengganti timbal. Pelatihan dan pendampingan teknis mungkin juga perlu dilakukan kepada Industri Kecil dan Menengah IKM.Kata kunci cat, timbal, regulasi Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Tantangan Industri Cat Dalam Negeri dalam Menghadapi Global Lead Paint Elimination by 2020 Deni Cahyadi dkk 75 TANTANGAN INDUSTRI CAT DALAM NEGERI DALAM MENGHADAPI GLOBAL LEAD PAINT ELIMINATION BY 2020 CHALLENGE OF NATIONAL PAINT INDUSTRY FOR FACING GLOBAL LEAD PAINT ELIMINATION BY 2020 Deni Cahyadi, Daniel Fajar Puspita, Wieke Pratiwi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik, Jl. Sangkuriang Bandung Email ajeungan Diterima 15 September 2015 Direvisi 17 November 2015 Disetujui 14 Desember 2015 ABSTRAK Kajian ini menjelaskan mengenai perkembangan kandungan timbal dalam cat, kesiapan industri lokal, dan beberapa langkah strategis dan teknis yang dapat dilakukan oleh pihak terkait untuk menghadapi rencana penghilangan kandungan timbal pada produk cat pada tahun 2020. Pengujian beberapa produk cat yang dipasarkan di Indonesia pada Agustus 2015, menunjukkan bahwa cat tembok waterbased mengandung timbal antara 10-48 mg/kg, cat enamel memiliki kandungan timbal pada kisaran 616-2254 mg/kg, cat marka jalan jenis oilbased mengandung timbal kira-kira 5876 mg/kg, cat antifouling sebesar 27 mg/kg, dan cat alkyd untuk keperluan protective coatings sebesar 50 mg/kg. Beberapa industri cat besar sudah mampu menghasilkan produk cat dengan kandungan timbal di bawah 90 mg/kg dan mencantumkan label lead free pada kemasan produknya. Tetapi industri cat menengah dan kecil belum memproduksi cat dengan kandungan timbal di bawah 90 mg/kg. Karena itu untuk menyongsong program global kandungan timbal di bawah 90 mg/kg menuju tahun 2020, pemerintah harus segera melakukan pembenahan regulasi teknis, revisi SNI, sosialisasi dan publikasi ilmiah, serta meningkatkan penelitian dan pengembangan bahan pengganti timbal. Pelatihan dan pendampingan teknis mungkin juga perlu dilakukan kepada Industri Kecil dan Menengah IKM. Kata kunci cat, timbal, regulasi ABSTRACT This study dealt with global development of lead content in paints product, local industries readiness, and some possible strategic and technical steps for facing the Global Lead Paint Elimination Programme GAELP by 2020. Analysis of lead content in several paints in Indonesian market in August 2015 showed that the lead content in paints were as follows waterbased paints in the range of 10-48 mg/kg, enamel decoration paints 616-2254 mg/kg, oilbased roadmarking paint 5876 mg/kg, antifouling paints 27 mg/kg, and alkyd protective paint 50 mg/kg. Some big paint industries usually have produced paints with lead content below 90 mg/kg or even declare a lead free label. However most middle and small paint industries do not yet produce any lead free paints. Therefore to face Global Lead Paint Elimination by 2020, it is necessary to revise the technical regulation, Indonesian National Standard SNI, conduct dissemination and publication, also enhance research and development on lead substitute material. Training and technical assistance may be also needed for Small and Medium Enterprise SME. Keywords paints, lead, regulation PENDAHULUAN Kandungan timbal yang terkandung dalam berbagai jenis cat yang beredar di masyarakat menjadi isu yang cukup hangat pada tahun 2014 di tanah air. Menurut salah satu lembaga yang melakukan penelitian mandiri terhadap kandungan timbal dalam cat pada tahun 2013, ditemukan sebanyak 77% dari 78 sampel cat yang beredar mengandung timbal > 90 ppm, dengan kandungan timbal rata-rata dari keseluruhan sampel mencapai ppm [1]. Pada tahun 2015 ditemukan sebanyak 83% dari contoh cat yang beredar mengandung timbal > 90 ppm [15]. Timbal dapat menyebabkan gangguan kesehatan tanpa memandang usia dengan resiko terbesar pada anak-anak yang dapat meng- Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik Vol. 5, No. 2, Desember 2015 75-79 76 akibatkan gangguan perkembangan sistem syaraf, pada ibu hamil dapat menularkan timbal ke bayi yang dikandungnya, dan keracunan timbal pada umumnya dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal, keguguran, kesuburan dan gangguan fungsi organ tubuh lainnya [2]. Pada tahun 2012, IPEN International POPs Elimination Network membuat program untuk menghabiskan phasing out penggunaan bahan baku yang mengandung timbal pada produk cat [3]. Bekerjasama dengan Badan PBB untuk kesehatan dunia WHO dan lembaga lainnya untuk mendorong terwujudnya cat bebas timbal lead free paint secara global pada tahun 2020, termasuk di Indonesia. Tuntutan global terkait penghilangan phase out kandungan timbal dalam komoditi cat tentu tidak bisa dihindari oleh seluruh stake holder industri cat dalam negeri. Dukungan dari pihak pemerintah selaku pemegang kebijakan, pihak industri selaku pelaku usaha, dan masyarakat atau industri pengguna selaku konsumen mutlak diperlukan supaya industri nasional dapat bersaing dan tidak dirugikan dengan menjadi lokasi produksi ataupun konsumsi cat yang berpotensi membahayakan kesehatan dan tidak ramah lingkungan akibat terlambat mengikuti perkembangan industri internasional. Perkembangan program penghilangan timbal pada produk cat lead free paint telah terlebih dahulu dilaksanakan di negara maju dan beberapa negara berkembang baik di Asia maupun di Afrika. Tabel 1. Program Penghapusan Timbal dalam Cat di Asia No. Negara dalam cat kurun waktu 2012-dalam tahap pengkajian dan penyusunan regulasi dalam tahap pengusulan regulasi Timbal dalam cat berasal dari penggunaan bahan baku penyusunan cat baik sebagai pigmen, bahan pengering, bahan anti korosi dan bahan-bahan yang mengandung timbal sebagai pengotor unintentional ingredients. Pigmen yang mengandung timbal di-antaranya adalah timbal II kromat PbCrO4 atau dikenal dengan nama Chrome Yellow, timbal oksida Pb3O4 atau red lead, dan timbal karbonat atau white lead. Bahan pengering dryer merupakan senyawa kimia yang digunakan pada cat minyak enamel untuk menyempurnakan proses pembentukan lapisan cat kering. Dryer mengan-dung senyawa timbal diantaranya adalah timbal naftanat, timbal asetat, dan timbal oktoat. Timbal oksida atau red lead dan senyawa timbal lainnya dapat digunakan sebagai inhibitor korosi dan meningkatkan fungsi perlindungan terhadap karat. Harga yang murah dan kualitas perlindungan yang cukup baik menjadi pertimbangan penggunaan bahan timbal oksida sebagai inhibitor korosi. Senyawa timbal dalam cat dapat juga berasal dari pengotor yang terkandung dalam bahan-bahan penyusun cat seperti pengotor dalam bahan pengisi filler, pewarna, dan aditif. Kandungan timbal yang terakumulasi secara tidak disengaja dan berasal dari bahan pengotor ini termasuk dalam kategori unintentional ingredients. Berdasarkan sifat ikatan kimia unsur timbal dalam cat, pencemaran timbal dari produk cat dapat terjadi melalui mekanisme migrasi unsur atau melalui timbal terikat yang terkandung dalam produk cat tersebut. Pada mainan anak, baik yang diwarnai atau dilapisi dengan cat, persyaratan kandungan timbal dalam cat maksimum 90 mg/kg yang ditentukan berdasar-kan mekanisme migrasi timbal dari material ke lingkungan. Analisanya mengguna-kan metode perendaman dengan HCl encer pada pH 1,5 selama 1 jam [5]. Kandungan timbal dalam cat dapat di analisa dengan menggunakan beberapa metode yaitu Chemical Test Kit, Flame Atomic Absorption Spectrometry FAAS, Graphite Furnace Atomic Absorption Spectrometry GFAAS, Inductively Coupled Plasma â Atomic Emission Spectrometry ICP-AES atau menggunakan X-Ray Fluorescence XRF [6]. Pada tahun 2014 Badan Standardisasi Nasional BSN menerbitkan SNI 35642014âCat Tembok Emulsiâ dan SNI 80112014, âCat Dekoratif Berbasis Pelarut Organikâ dengan melakukan pembatasan kandungan logam berbahaya termasuk timbal. Persyaratan kandungan timbal untuk cat tembok emulsi maksimum 90 ppm dan pada cat dekoratif Tantangan Industri Cat Dalam Negeri dalam Menghadapi Global Lead Paint Elimination by 2020 Deni Cahyadi dkk 77 berbasis pelarut organik maksimum 600 ppm. Lahirnya SNI ini merupakan salah satu langkah nyata dari pemerintah untuk mencegah dan mengurangi penggunaan bahan baku yang mengandung timbal di industri cat terutama untuk produk cat yang digunakan secara bebas oleh masyarakat umum atau cat domestik [7,8]. Regulasi terkait produk cat domestik dan cat untuk keperluan industri protective coating seluruhnya masih bersifat sukarela atau belum diwajibkan. Pada tanggal 5 Juni 2015, BSN mengeluarkan pengumuman Program Nasional Regulasi Teknik PNRT tahun 2015-2016, salah satunya termasuk produk cat dengan judul âCat Antifouling untuk Lambung Bawah Kapal Baja, Mutu dan Cara Ujiâ. Berdasarkan pengumuman tersebut, PNRT direncanakan untuk diberlakukan secara wajib dengan mengacu kepada revisi SNI 06-0502-1989. Untuk jenis cat yang lain belum ada rencana untuk diberlakukan secara wajib [9]. Produk cat sangat bervariasi dan dapat dikelompokkan menurut beberapa kategori atau tinjauan. Apabila ditinjau dari aspek material penyusunnya, produk cat dapat dikelompokkan menjadi cat jenis epoksi, alkyd, polyurethane, acrylic, chlorinated rubber, dan latex. Ditinjau dari aspek sifat kelarutannya, cat dapat dikelompokkan menjadi jenis cat berbasis air water based dan cat berbasis pelarut organik solvent based. Dari aspek fungsi dikelompok-kan menjadi jenis cat dekoratif decorative coating dan cat protektif protective coating. Dan dari aspek pengguna atau keperluannya dapat dibagi menjadi cat untuk konsumen umum domestik dan cat untuk industri. Menghilangkan timbal dalam cat tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pemerintah tentu tidak dapat begitu saja membuat regulasi yang ketat terkait pelarangan penggunaan timbal pada produk cat, tanpa mempertimbangkan berbagai dampak yang akan timbul pada aspek lain, seperti pertumbuhan ekonomi, perdagangan, kondisi masyarakat, dan kesiapan industri lokal baik industri besar maupun Industri Kecil Menengah IKM. Negaraânegara maju yang melakukan inisiasi supaya penggunaan timbal dalam cat dihentikan di seluruh dunia pada tahun 2020 melalui diluncurkannya program Global Lead Paint Elimination by 2020. Persiapan tentu telah dilakukan di negara masing-masing sebelum memberi usulan. Pemerintah Amerika Serikat misalnya, memulai langkah untuk mengurangi kandungan timbal dalam cat sejak tahun 1978 melalui regulasi yang dikeluarkan oleh Consumer Product Safety Comission CPSC, 16 Code of Federal Regulation CFR part 1303. CFR ini berisi larangan penggunaan cat yang me-ngandung timbal di atas 0,06% berat 600 ppm tanpa menyebutkan metode uji yang harus digunakan. Revisi regulasi tersebut kemudian dilakukan pada tahun 2011 dengan menurunkan batas kandungan timbal menjadi maksimum 0,009% berat 90 ppm [10]. Kurun waktu selama 33 tahun merupakan masa yang diperlukan pemerintah Amerika Serikat untuk mempersiap-kan diri dalam mengeluarkan batasan kandungan timbal dalam cat sampai sebesar maksimum 90 ppm. Indonesia dan negaraânegara berkembang lainnya dituntut untuk melakukan pembatasan kandungan timbal dalam cat maksimum sebesar 90 ppm hanya dalam kurun waktu 5 tahun 2015â2020. Kajian ini menjelaskan perkembangan program penghapusan cat dengan kandungan timbal di Indonesia dan tantangan industri cat nasional. Uji petik beberapa cat yang beredar di pasaran dilakukan untuk memperkuat diskusi. Makalah ini ditutup dengan uraian singkat beberapa langkah strategis dan teknis untuk menghadapi program penghilangan kandungan timbal pada produk cat pada tahun 2020. BAHAN DAN METODE Bahan yang dijadikan contoh uji terdiri dari 3 tiga produk cat tembok, 6 enam produk cat enamel, 1 satu produk cat antifouling, 1 satu produk cat alkyd, dan 1 satu produk cat marka jalan. Pengujian dilakukan pada Agustus 2015. Pengujian dilakukan di Laboratorium Balai Besar Bahan dan Barang Teknik pada bulan Agustus 2015 dengan menggunakan metode AAS Atomic Absorption Spectrometry. Alat yang digunakan adalah Flame-AAS, merek Perkin Elmer model Analyst 100. Preparasi contoh dilakukan dengan metode acid digestion. Contoh cat basah dioleskan pada permukaan kaca transparan. Setelah kering, film lapisan tipis cat kering dikelupas dan dipotong kecil-kecil, kemudian ditimbang dengan keteliti-an 0,1 mg. Film ditempatkan di dalam gelas kimia, dan direbus dengan 3 mL HNO3 pekat dan 1 mL H2O2 30% di atas hot plate api kecil sampai sebagian besar asam menguap [1]. Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik Vol. 5, No. 2, Desember 2015 75-79 78 Perlakuan ini dilakukan dua kali. Gelas kimia berisi contoh dibilas dan diencerkan dengan aquadest dalam labu ukur untuk pengujian dengan AAS. Kurva kalibrasi AAS disajikan di Gambar 1. Gambar 1. Kurva Kalibrasi AAS Standar Pb HASIL DAN PEMBAHASAN Cat tembok ternyata memiliki kandungan timbal paling rendah dalam kisaran 10-48 mg/kg Tabel 2. Cat ini memenuhi baku mutu nasional yaitu di bawah 90 mg/kg [7]. Cat enamel memiliki kandungan timbal pada kisaran 616â2254 mg/kg atau di atas persyartan 600 mg/kg [8]. Jadi, cat enamel tidak memenuhi persyaratan nasional. Tabel 2. Hasil Pengujian Kandungan Pb No. Keterangan untuk Cat Antifouling warna merah tua Langkah-Langkah Teknis Produsen cat lokal nasional tentunya harus melakukan upaya-upaya untuk tidak lagi menggunakan bahan baku yang mengandung timbal pada produk yang dihasilkan. Beberapa industri cat besar seperti ICI, Pacific Paint, Propan, Jotun dan Mowilex, [11] sudah dapat menghasilkan produk cat yang ramah lingkungan dan mencantumkan logo bebas timbal pada kemasan produknya. Jenis produk cat yang masih menggunakan senyawa timbal di atas baku mutu harus dihilangkan. Langkah abolisi atau penarikan terhadap Standar Nasional Indonesia SNI terkait produk cat jenis ini diharapkan dapat mendorong industri untuk berhenti memproduksi cat yang SNI nya diabolisi. SNI yang termasuk kategori ini diantaranya adalah SNI Spesifikasi Cat Merah Timbal Siap Pakai, dengan kandungan timbal oksida Pb3O4 yang dipersyaratkan adalah minimum 65% berat [12], dan SNI 06-0063-1987 Mutu Cat Dasar Meni Timbal untuk Besi dan Baja dengan persyaratan kandungan timbal oksida Pb3O4 minimum 20% berat [13]. Sebagai bentuk dukungan teknis terhadap industri pengguna dan produsen, pemerintah dapat mendorong supaya lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan, dan produsen bahan baku untuk bergerak cepat mencari bahan baku alternatif pengganti timbal oksida Pb3O4. Salah satu material yang memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai substitusi senyawa timbal adalah besi oksida Fe3O4 [14]. Besi oksida Fe3O4 dapat digunakan sebagai pigmen warna kuning, merah, cokelat dan hitam, tergantung valensinya. Selain itu, kromium oksida CrO2 dapat dijadikan sebagai pengganti pigmen warna biru, hijau, dan orange [16]. Sosialisasi teknis atau publikasi ilmiah tentang larangan penggunaan senyawa timbal sebagai bahan aditif juga perlu dilakukan, sehingga dapat mendorong pihak industri untuk melakukan langkah substitusi bahan baku. Senyawa organologam dari timbal Pb yang digunakan sebagai bahan aditif pengering dryer pada cat jenis enamel dapat diganti dengan senyawa organologam misalnya kobalt Co [3]. Kandungan timbal yang berasal dari pengotor atau unintentional yang secara tidak sengaja atau sadar terdapat dalam produk cat, dapat dihindari dengan cara meminta CoACertificate of Analysis, atau bukti teknis lainnya dari produsen bahan baku. Sertifikat ini harus menunjukkan bahwa bahan tersebut tidak mengandung senyawa timbal sebagai pengotor. Bagi industri besar, substitusi senyawa Pb ini diperkirakan tidak akan mengalami kesulitan untuk menghasilkan cat bebas timbal. Dampak yang terjadi pada kenaikan harga dapat diimbangi dengan efisiensi di produksi, promosi dan merek. Industri Kecil Menengah IKM pada umumnya belum memiliki kemampuan riset dany = 0,014 x RÂČ = 0,999 Absorban Konsentrasi standar, mg/L Tantangan Industri Cat Dalam Negeri dalam Menghadapi Global Lead Paint Elimination by 2020 Deni Cahyadi dkk 79 pengembangan R&D yang cukup untuk melakukan pengembangan produk. Perubahan pada spesifikasi produk, formulasi dan bahan baku, dikhawatirkan akan sangat menyulitkan pihak IKM. Pemerintah perlu melakukan upaya teknis yang dapat membantu IKM supaya dapat menghasilkan produk cat bebas timbal. Pelatihan dan pendampingan teknis bagi IKM, akan sangat menolong IKM untuk tetap bertahan apabila regulasi pelarangan timbal pada tahun 2020 diterapkan. Pendampingan oleh lembaga Litbang pemerintah berupa bimbingan teknis dan formulasi dapat mempercepat adaptasi dan alih teknologi IKM tanpa menambah beban modal untuk melakukan riset. KESIMPULAN 1. Kandungan timbal dalam cat tembok, cat antifouling, dan cat alkyd di Indonesia dapat memenuhi persyaratan SNI di bawah 90 mg/kg, yaitu berturut-turut 10-48 mg/kg, 27 mg/kg, dan 50 mg/kg. Sedangkan kandungan timbal dalam cat enamel dan cat marka jalan melebihi 90 mg/kg. 2. Rencana penghilangan timbal dalam produk melalui Global Lead Paint Elimination by 2020 perlu didukung oleh semua pihak terkait, untuk mengurangi resiko gangguan kesehatan dan membantu menjaga kelestarian lingkungan hidup. 3. Langkah yang bersifat strategis maupun teknis perlu dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan rencana tersebut, diantaranya dengan melakukan pembenahan regulasi tek-nis, SNI, sosialisasi, publikasi ilmiah, memak-simalkan peran lembaga penelitian pemerintah, pelatihan dan pendampingan IKM. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Balai Besar Bahan dan Barang Teknik, serta Sdr. Indra Hadiwijaya dan Sdr. Jajuli yang telah membantu dalam penyusunan kajian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Yuyun Ismawati, dkk., 2013, Laporan Nasional Timbal dalam Cat Enamel Rumah Tangga di Indonesia, Balifokus-IPEN. [2] Suherni, 2010, Keracunan Timbal di Indonesia, LEAD Group Inc., Sydney â Australia. [3] Weinberg, J. & Scott Clark, 2012, Global Lead Paint Elimination by 2020, âA test of the Effectiveness of the Strategic Approach to International Chemicals Managementâ, [4] IPEN, 2015, âAsian Lead Paint Elimination Projectâ, News Letter, Vol. 4, issue 1. documents, diakses 20 January [5] SNI âKeamanan Mainan, Bagian 3 Spesifikasi untuk Perpindahan Elemen-elemen Tertentuâ, BSN. [6] WHO â IOMC, 2011, âBrief Guide to Analytical Methods For Measuring Lead in Paintâ, WHO Library Cataloguing-in-Publication Data ISBN 978 924150212 2. [7] SNI 35642014, âCat tembok Emulsiâ, BSN. [8] SNI 80112014, âCat Dekoratif Berbasis Pelarut Organikâ, BSN. [9] Program Nasional Regulasi Teknis PNRT tahun 2015-2016, http// www. /uploads/download/ PNRT _2015 diakses10 Juni 2015, BSN. [10] Consumer Product Safety Comission, âBan of Lead-Containing Paint and Certain Consumer Products Bearing Leadâ, Containing Paint, 16 1303â, 2011, CPSC. [11] diakses 11 Juni 2015. [12] SNI âSpesifikasi Cat Merah Timbal Siap Pakaiâ, BSN. [13] SNI 06-0063-1987, âMutu Cat Dasar Meni Timbal untuk Besi dan Bajaâ, BSN. [14] Taufiqurrahman, N., dkk. 2012, âReview Pengembangan Teknologi Pengolahan Sumber Daya Pasir Besi Menjadi Produk Bes/Baja, Pigmen, Bahan Keramik, Magnet, Kosmetik, Dan Fotokatalistik Dalam Mendukung Industri Nasionalâ, Prosiding InSINas, 2012. [15] Yuyun Ismawati, dkk. , 2015, âLaporan Nasional Timbal dalam Cat Enamel Rumah Tangga di Indonesiaâ, Balifokus-IPEN. [16] Paint and Pigments, ChemProcesses/polymers/ diakses 11 Desember 2014. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Nasional Timbal dalam Cat Enamel Rumah Tangga di IndonesiaYuyun IsmawatiYuyun Ismawati, dkk., 2015, "Laporan Nasional Timbal dalam Cat Enamel Rumah Tangga di Indonesia", test of the Effectiveness of the Strategic Approach to International Chemicals ManagementJ WeinbergScott ClarkWeinberg, J. & Scott Clark, 2012, Global Lead Paint Elimination by 2020, "A test of the Effectiveness of the Strategic Approach to International Chemicals Management", Lead Paint Elimination ProjectIpenIPEN, 2015, "Asian Lead Paint Elimination Project", News Letter, Vol. 4, issue 1. documents, diakses 20 January Guide to Analytical Methods For Measuring Lead in PaintWho -IomcWHO -IOMC, 2011, "Brief Guide to Analytical Methods For Measuring Lead in Paint", WHO Library Cataloguing-in-Publication Data ISBN 978 924150212 Dekoratif Berbasis Pelarut OrganikSNI 80112014, "Cat Dekoratif Berbasis Pelarut Organik", Pengembangan Teknologi Pengolahan Sumber Daya Pasir Besi Menjadi Produk Bes/BajaN TaufiqurrahmanTaufiqurrahman, N., dkk. 2012, "Review Pengembangan Teknologi Pengolahan Sumber Daya Pasir Besi Menjadi Produk Bes/Baja, Pigmen, Bahan Keramik, Magnet, Kosmetik, Dan Fotokatalistik Dalam Mendukung Industri Nasional", Prosiding InSINas, 2012.Latar Belakang Cat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sejumlah zat yang terdiri dari pigmen tersuspensi dalam medium cair atau pasta seperti minyak atau air. Dengan sikat, roller, atau pistol semprot, cat diterapkan dalam lapisan tipis ke berbagai permukaan seperti kayu, logam, atau batu. Meskipun tujuan utamanya adalah untuk melindungi permukaan, cat juga digunakan untuk dekorasi. Sampel dari lukisan pertama yang diketahui, dibuat antara dan tahun yang lalu, bertahan hidup di gua-gua di Perancis dan Spanyol. Lukisan primitif cenderung menggambarkan manusia dan hewan, dan diagram juga telah ditemukan. Seniman awal mengandalkan bahan alami yang mudah tersedia untuk membuat cat, seperti pigmen alami bumi, arang, jus berry, lemak babi, darah, dan getah milkweed. Kemudian, orang Cina kuno, Mesir, Ibrani, Yunani, dan Romawi menggunakan bahan yang lebih canggih untuk memproduksi cat untuk dekorasi terbatas, seperti lukisan dinding. Minyak digunakan sebagai pernis, dan pigmen seperti kuning dan merah ochres, kapur, arsenik sulfida kuning, dan hijau perunggu dicampur dengan bahan pengikat seperti getah arab, kapur, albumen telur, dan lilin lebah. Di Boston sekitar 1700, Thomas Child membangun pabrik cat pertama kali di Amerika, bola granit di gunakan untuk menghaluskan pigmen. Paten cat pertama dikeluarkan untuk produk warna putih, dimana pada saat itu masyarakat Amerika Serikat masih menggunakan kapur dicampur dengan air. Pada tahun 1865 Flinn memperoleh paten untuk cat berbasis air yang berisi seng oksida, kalium hidroksida, resin, susu, dan minyak kayu lin. Pabrik cat komersial pertama Child mengganti granit bola dengan roda buhrstone, tapi pabrik ini hanya ditujukan untuk penggilingan pigmen pemakain pribadi untuk di rumah. dan pada tahun1867 sudah mulai produksi pigmen bagi konsumen umum atau perusahaan Abad kedua puluh telah terlihat sebagian besar perubahan dalam komposisi dan pembuatan cat. Hari ini, pigmen sintetis dan stabilisator biasanya digunakan untuk produksi massal cat yang seragam. Bahan sintetis baru yang dikembangkan dari polimer seperti polyurethane dan stirena-butadene muncul selama tahun 1940-an. Pembuatan resin alkid membuat bahan ini telah mendominasi produksi sejak sebelum tahun 1930, pigmen waktu itu dihaluskan dengan bola batu, dan kemudian digantikan oleh bola baja. Sekarang pengaduk pasir dengan kecepatan tinggi digunakan untuk mencampur pigmen dan larutanya agar mudah tercampur Bahan baku Cat terdiri dari pigmen, pelarut, resin, dan berbagai aditif. Pigmen memberikan warna cat, pelarut membuatnya lebih mudah untuk digunakan, resin membantu kering, dan aditif berfungsi sebagai segala sesuatu dari pengisi ke agen anti jamur. Ratusan pigmen yang berbeda tersedia, ada yang alami dan sintetis, Pigmen putih berbahan dasar titanium dioksida, karena adanya sifat penyembunyian yang sangat baik, dan pigmen hitam umumnya terbuat dari karbon hitam. Pigmen lain yang digunakan untuk membuat cat termasuk oksida besi dan kadmium sulfida untuk merah, garam logam untuk kuning dan orange, dan biru besi dan kuning krom untuk biru dan hijau. Pelarut yang digunakan mempunyai viskositas rendah, mudah menguap. pelarut ini biasanya berasal turunan minyak bumi dan pelarut aromatik seperti bensol, alkohol, ester, keton, dan aseton. Resin alam yang paling sering digunakan adalah Minyak Kayu Lin, kelapa, dan minyak kedelai, sementara alkyds, akrilik, epoxies, dan poliuretan adalah beberapa resin sintetis yang paling populer. Bahan aditif mempunyai tujuan. Beberapa, seperti kalsium karbonat dan aluminium silikat, hanya pengisi yang memberikan badan cat dan zat tanpa mengubah sifat-sifatnya. Aditif lainnya menghasilkan karakteristik tertentu yang diinginkan di cat, seperti agen thixotropic yang memberikan cat tekstur halus, pengering, anti mengedap, defoamers/penghilang busa, dan sifat-sifat lain yang menjadikan cat bisa bertahan lama bila di gunakan Disain Cat umumnya custom-made agar sesuai dengan kebutuhan pelanggan industri. Sebagai contoh, salah satu mungkin terutama tertarik pada cat cepat kering, sementara yang lain mungkin menginginkan cat daya cat yang lama. Cat ditujukan untuk konsumen juga dapat custom-made. Produsen cat memberikan seperti berbagai warna yang tidak mungkin untuk memenuhi selera semua orang . Untuk memenuhi permintaan untuk âaquamarine,â âkenari kuning,â atau âmerah marun,â produsen akan memilih dasar yang sesuai untuk kedalaman warna yang dibutuhkan. Cat dasar pastel akan memiliki jumlah titanium dioksida yang lebih tinggi untuk pigmen putih, sementara nada lebih gelap akan memiliki lebih sedikit. Kemudian, menurut rumus yang telah ditentukan, produsen dapat memperkenalkan berbagai warna lain dari silinder dikalibrasi untuk mendapatkan warna yang tepat. Proses Pembuatan Skala Pabrik Membuat pasta 1 Produsen Pigment mengirim butir pigmen butir halus ke pabrik cat. Kemudian pigmen diberi perlakuan awal yaitu dicampur dengan resin agen pembasahan yang membantu melembabkan pigmen, diberi satu atau lebih pelarut, dan diberi zat aditif untuk membentuk pasta. Pendispersi pigmen 2 Campuran pasta yang telah di buat dan beberapa cat dimasukan ke bagian mill sand, yaitu silinder besar yang berfungsi untuk menjadikan partikel kecil dari pasir atau silika, digunakan untuk menggiling partikel pigmen, sehingga membuat pigment berukuran lebih kecil dan menyebar ke seluruh campuran. Campuran tersebut kemudian disaring untuk menghilangkan partikel pasir. 3 Campuran yang terdidri dari resin dan pigment kemudian di tambahkan pelarut dan diproses dalam tangki dispersi kecepatan tinggi. Pasta dicampur di aduk melingkar dengan kecepatan agitasi tinggi oleh pisau bergigi yang melekat pada poros berputar. Proses ini memadukan pigmen ke dalam pelarut. Penipisan pasta 4 Hasil pengadukan ini kemudian dipindahkan ke ceret besar, kemudian diatur jumlah yang tepat dari pelarut untuk jenis cat yang diinginkan. Pengalengan cat 5 Produk cat selesai kemudian dipompa ke ruang pengalengan. Untuk standar 8 liter 3,78 liter cat bisa tersedia untuk konsumen, kaleng kosong yang pertama digulung horizontal ke label, kemudian dibuat tegak sehingga cat dapat dipompa ke kaleng. Sebuah mesin akan mengisi kaleng tersebut dengan cat kemudian ditutup dengan kaleng oleh mesin lagi, dan mesin kedua akan menekan pada tutup untuk menutup kaleng tersebut. Sebuah kawat yang dimasukkan ke dalamnya dari gulungan, pemotongan bailometer dan membentuk pegangan sebelum mengaitkan mereka ke lubang kaleng sebelum di potong. Sejumlah kaleng tertentu biasanya empat kemudian dimasukan box dan ditumpuk sebelum dikirim ke gudang. Kontrol kualitas Produsen cat memanfaatkan array yang luas dari tindakan pengendalian mutu. Bahan dan proses pembuatan menjalani tes yang ketat, dan produk jadi diperiksa untuk memastikan bahwa itu adalah kualitas tinggi. Sebuah cat selesai diperiksa untuk densitasnya, kehalusan penggilingan, dispersi, dan viskositas. Cat kemudian diterapkan ke permukaan kayu atau tembok dan dipelajari untuk ketahanan, kemampuan melekat, laju pengeringan, dan tekstur. Untuk komponen estetika cat, warna kulit diperiksa dengan pengamat yang berpengalaman dan dengan analisis spektral untuk melihat apakah itu cocok dengan warna standar yang diinginkan. kemampuan warna memudar disebabkan oleh unsur-unsur ditentukan dengan mengekspos cahaya sebagian kepermukaan dicat dengan cahaya busur dan membandingkan jumlah yang memudar ke permukaan dicat yang tidak di cat. Kekuatan bersembunyi cat diukur dengan lukisan di atas permukaan hitam dan permukaan putih. Rasio cakupan pada permukaan hitam untuk cakupan pada permukaan putih kemudian ditentukan, dengan 0,98 menjadi cat berkualitas tinggi. Gloss diukur dengan menentukan jumlah cahaya yang dipantulkan dilepaskan permukaan dicat. Tes untuk mengukur kualitas fungsional cat antara lain untuk ketahanan kerusakan, yang memerlukan menggaruk mantel kering cat. Adhesi diuji dengan membuat crosshatch, dikalibrasi untuk 0,07 inci 2 milimeter, pada permukaan cat kering. Sepotong pita diterapkan crosshatch, lalu dilepas cat yang baik akan tetap di permukaan. Scrubbability diuji oleh sebuah mesin yang menggosok sikat sabun di atas permukaan cat itu. Sebuah sistem juga ada untukmenguji kemampuan mengendap. Cat yang sangat baik bisa duduk selama enam bulan tanpa pengendapan dan dinilai sepuluh. Cat jelek mengendap menjadi gumpalan bercampur pigmen di bagian bawah kaleng dan diberi nilai nol. Pelapukan diuji dengan mengekspos cat untuk kondisi outdoor. Pelapukan buatan mengekspos permukaan dicat dengn sinar matahari, air, suhu ekstrim, kelembaban, atau gas sulfat. Ketahanan api diperiksa dengan membakar cat dan menentukan penurunan berat badan tersebut. Jika jumlah kehilangan lebih dari 10 persen, cat tidak dianggap tahan api. Sampingan / Limbah Sebuah peraturan baru Peraturan California 66 mengenai emisi senyawa organik volatil VOC mempengaruhi industri cat, terutama produsen cat berbasis minyak industri. Diperkirakan bahwa semua lapisan, termasuk noda dan pernis, bertanggung jawab untuk 1,8 persen dari 2,3 juta metrik ton VOC dirilis per tahun. Peraturan baru memungkinkan setiap liter cat mengandung tidak lebih dari 250 gram 8,75 ons pelarut. Produsen cat dapat mengganti pelarut dengan pigmen, pengisi, atau padatan lainnya yang melekat pada formula cat dasar. Metode ini menghasilkan cat tebal yang sulit untuk diterapkan, dan belum diketahui apakah cat tersebut tahan lama. Solusi lain termasuk menggunakan pelapis bubuk cat yang tidak menggunakan pelarut, menerapkan cat dalam sistem tertutup dimana VOC dapat diambil, menggunakan air sebagai pelarut, atau menggunakan akrilik yang kering di bawah sinar ultraviolet atau panas. Sebuah pabrik cat besar akan memiliki fasilitas perawatan di rumah air limbah yang memperlakukan semua cairan yang dihasilkan di tempat, bahkan air hujan. Fasilitas ini dimonitor 24 jam sehari, dan Badan Perlindungan Lingkungan EPA melakukan catatan dan sistem periodik cek semua fasilitas cat. Bagian cair dari limbah diperlakukan di tempat dengan standar fasilitas pengolahan air limbah milik publik lokal dapat digunakan untuk membuat cat berkualitas rendah. Lateks lumpur dapat diambil dan digunakan sebagai pengisi dalam produk industri lainnya. Pelarut limbah dapat dipulihkan dan digunakan sebagai bahan bakar untuk industri lainnya. Sebuah wadah cat bersih dapat digunakan kembali atau dikirim ke TPA setempat.
ï»żLimbahlunak adalah mengacu pada kata sifat lunak, yaitu limbah yang bersifat lembut, empuk, dan mudah dibentuk. Limbah lunak ini dikategorikan dalam bentuk limbah lunak organik dan limbah lunak anorganik. Jika kita pahami lebih jauh lagi bahwa limbah jenis lunak memiliki proses pelapukan yang tergolong lebih cepat dari pada limbah keras. 1. 100% found this document useful 1 vote2K views4 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 1 vote2K views4 pagesLimbah Yang Dihasilkan Dalam Proses Produksi CatJump to Page You are on page 1of 4 You're Reading a Free Preview Page 3 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. KunjunganIndustri Mahasiswa ComputerPlus Minggu, 10 September 2017. Bahan Baku Pembuatan Teh Botol Sosro Bahan baku: 1 1. Teh Wangi Melati(Jasmine tea) (Teh Kering) Teh SPRR yang digunakan di PT. Sinar Sosro berasal dari PT. Gunung Slamet Slawi, yang merupakan bagian grup Sosro. Teh SPRR dikemas dengan kemasan dua lapis. Pada bagian luar Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Indonesia sebagai negara agraris menjadikan nasi sebagai makanan pokoknya. Bayangkan saja konsumsi pada rumah tangga pada tahun 2019 ialah 20, 68 juta per tahun atau sekitar 77,5 kg per kapita per tahun BPS, 2019. Beras yang kita makan sehari-hari tentunya sudah melewati banyak proses untuk siap dikonsumsi. Salah satu prosesnya adalah melalui proses penggilingan. Proses penggilingan ini meninggalkan banyak limbah padi, salah satunya adalah temukut yang masih memiliki potensi untuk dimanfaatkan. Apa itu Temukut? Temukut adalah produk sampingan yang tidak terpakai dari pengolahan padi. Temukut terdiri dari bibit padi, bekatul, dan beras pecah Tan et al, 2015. Temukut ini memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, protein dan serat yang rendah. Tingginya ketersediaan temukut hasil dari proses penggilingan padi dan tingginya kandungan karbohidrat, temukut dapat dijadikan sebagai bahan baku utama energi alternatif pembuatan bioetanol. Lalu, Apa itu Bioetanol? Bioetanol adalah bahan bakar nabati yang diproduksi melalui fermentasi material yang berasal dari tanaman atau limbah. Produksi bioetanol telah berkembang pesat sebagai sumber energi alternatif untuk bahan bakar fosil yang terbatas dan untuk mengatasi masalah lingkungan seperti perubahan iklim. Berbagai jenis bahan baku dapat digunakan untuk produksi bioetanol, termasuk jagung, tebu, gandum, barley, beras, sorgum, switchgrass, dan biomassa kayu. Namun, salah satu dampak dari pemanfaatan tanaman pangan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol adalah persaingan produksi pangan dan pakan yang pada akhirnya akan mempengaruhi keberlanjutan tanaman yang digunakan. Oleh karena itu, solusi alternatif untuk menggantikan bahan baku pembuatan bioetanol ini sangat penting. Bahan baku alternatif yang bersumber dari limbah pertanian seperti temukut dapat mekanisme bioteknologi memanfaatkan mikroorganisme untuk pembuatan bioetanol dari temukut? Produksi bioetanol ini melibatkan proses perubahan karbohidrat kompleks selulosa, hemiselulosa, dan pati menjadi gula sederhana melalui hidrolisis. Gula sederhana kemudian difermentasi menggunakan mikroorganisme seperti ragi atau bakteri untuk menghasilkan etanol dan karbon dioksida. Temukut dapat dijadikan sebagai bahan baku potensial untuk produksi bioetanol karena kandungan karbohidratnya yang tinggi. Temukut memiliki kandungan selulosa sebesar 38,9% dan hemiselulosa sebesar 19,5%, yang mengindikasikan potensinya untuk produksi bioetanol Kumar dkk., 2017. Temukut dapat secara efektif dikonversi menjadi bioetanol melalui kombinasi hidrolisis asam dan fermentasi menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Penelitian oleh Li dkk. 2017 juga mempelajari potensi temukut untuk produksi bioetanol melalui sakarifikasi dan fermentasi simultan SSF menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Para peneliti menemukan bahwa SSF pada beras Brewer menghasilkan rendemen bioetanol sebesar 81,4%, yang mengindikasikan potensinya sebagai bahan baku untuk produksi umumnya, mikroorganisme yang digunakan untuk fermentasi gula sederhana menjadi bioetanol adalah adalah ragi Saccharomyces cerevisiae, biasa digunakan dalam industri makanan dan pembuatan minuman beralkohol. Saccharomyces cerevisiae menghasilkan hasil etanol yang lebih tinggi dibandingkan dengan spesies ragi lainnya dalam produksi bioetanol dari jerami padi Jing et al, 2021. Namun, seiring dengan berkembangnya bioteknologi, peneliti mencoba untuk menggunakan bakteri. Bakteri yang digunakan adalah Zymomonas mobilis. Bakteri ini memiliki kemampuan untuk memfermentasi glukosa dan fruktosa secara lebih efisien dibandingkan S. cerevisiae, pertumbuhan yang lebih cepat, dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap etanol sehingga menghasilkan etanol yang lebih yang dilakukan oleh Ma'As dkk. 2020 mencoba membandingkan hasil produksi etanol dengan Saccharomyces cerevisiae dan Zymomonas mobilis. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil laju produksi optimal pembuatan bioetanol adalah fermentasi temukut adalah dengan menggunakan Zymomonas mobilis. Penggunaan Zymomonas mobilis dapat mengoptimalkan hasil bioetanol mencapai 92,0%, yang mengindikasikan bahwa proses tersebut sangat efisien dan memiliki tingkat produktivitas yang tinggi dalam mengubah gula yang tersedia menjadi etanol. Hasil yang optimal tersebut dikarenakan bakteri memiliki kemampuan untuk mengkonsumsi glukosa yang tersedia dengan cepat dan mengubahnya menjadi etanol lebih efisien dibandingkan dengan S. cerevisiae. 1 2 3 Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya DirektoratTindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Mabes Polri menemukan adanya pembuatan solar industri palsu. Bahan bakunya, berasal dari minyak bekas dan oli bekas yang dipasok d. Selasa, 3 Mei 2022 . Ini Bahan Baku Solar Palsu. Kombes Pol Daniel Tahi Silitonga menunjukan barang bukti solar yang dipalsukan di Tangerang (Desyinta Industri cat merupakan salah satu sumber penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun limbah B3 spesifik. Limbah B3 industri cat terutama berupa air limbah pencucian peralatan produksi dan tumpahan cat, lumpur pengolahan air limbah Makalah ini bertujuan untuk memberikan tinjauan tentang karakteristik limbah B3 industri cat dan alternatif teknik pengolahannya. Karakteristik utama limbah B3 industri cat adalah konsentrasi logam berat dan bahan organik yang adalah sebuah operasi pencampuran maka karakteristik limbah yang dihasilkan sama dengan senyawa-senyawa yang digunakan sebagai bahan baku prosesproduksi air limbah industri cat dapat dilakukan dengan koagu sedimentasi dengan proses biologi menggunakan teknologi biofilm. Sedangkan pengolahan lumpur IPAL industri cat dapat dilakukan dengan teknik stabilisasi/solidifikasi, komposting dan solid-bed bioleaching. Sementara itu, teknologi filters menjadi alternatif yang paling efektif dan ef organik volatil dari industri cat. Figures - uploaded by Gina Lova SariAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Gina Lova SariContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free SEMINAR NASIONAL 201Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ISBN 978-602-95595-7-6PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUNDGina Lova Saria*aJurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember*Email KerabatIndustri cat merupakan salah satu sumber penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun limbah B3 spesifik. Limbah B3 industri cat terutama berupa air limbah pencucian peralatan produksi dan tumpahan cat, lumpur pengolahan air limbahMakalah ini bertujuan untuk memberikan tinjauan tentang karakteristik limbah B3 industri cat dan alternatif teknik pengolahannya. Karakteristik utama limbah B3 industri cat adalah konsentrasi logam berat dan bahan organik yangadalah sebuah operasi pencampuran maka karakteristik limbah yang dihasilkan sama dengan senyawa-senyawa yang digunakan sebagai bahan baku prosesproduksi air limbah industri cat dapat dilakukan dengan koagusedimentasi dengan proses biologi menggunakan teknologi biofilm. Sedangkan pengolahan lumpur IPAL industri cat dapat dilakukan dengan teknik stabilisasi/solidifikasi, komposting dan solid-bed bioleaching. Sementara itu, teknologi filters menjadi alternatif yang paling efektif dan eforganik volatil dari industri cat. Kata kunci industri cat, limbah B3, logam berat, pengolahan, senyawa organik volatilIndustrial paint is one of sources of the specific hazardous material and toxic waste. Hazardous waste from paint industry mainly are wastewater of washing equipment production and paint spill, sludge from wastewater treatment and volatile organic compounds. This paper aims to provide an overview the characteristics of hazardous waste inpaint industry and the alternative treatment. The main characteristics of hazardous waste is the high paint manufacturing is a mixing operation then the characteristics of the waste is similar to the compounds which is used as the raw material of paint production processwastewater treatment can besolvedbiological processes using biofilm technology. While thepaint industry using stabilization/solidification, composting and solidMeanwhile, biofiltration technology, bioscrubbeffective and efficientalternative for pollution control of volatile organic compounds from paint industry. Keywords industrial paints, compounds 1. Pendahuluan Industri cat merupakan industriyang utamanya memproduksicatproduk pelapis lainnya Lorton, 1988.Aplikasi produkberdasarkan penggunaannya menjadi empat kelompok, yaitu pelapiataucatrumah, pelapis produk industri, pelapis khusus dan penggunaan lain 4 - WASTE MANAGEMENT IITren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 â ITS SSurabaya, 4 Februari 2014 PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUNDARI INDUSTRI CAT a, Yulinah TrihadiningrumJurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember*Email Kerabat81 Abstrak Industri cat merupakan salah satu sumber penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun limbah B3 spesifik. Limbah B3 industri cat terutama berupa air limbah pencucian peralatan produksi dan tumpahan cat, lumpur pengolahan air limbahdan senyawa organik volatil. Makalah ini bertujuan untuk memberikan tinjauan tentang karakteristik limbah B3 industri cat dan alternatif teknik pengolahannya. Karakteristik utama limbah B3 industri cat adalah konsentrasi logam berat dan bahan organik yang cat pada dasarnya adalah sebuah operasi pencampuran maka karakteristik limbah yang dihasilkan sama senyawa yang digunakan sebagai bahan baku prosesproduksi Pengolahan air limbah industri cat dapat dilakukan dengan koagulasdengan proses biologi menggunakan teknologi biofilm. Sedangkan pengolahan lumpur IPAL industri cat dapat dilakukan dengan teknik stabilisasi/solidifikasi, komposting . Sementara itu, teknologi biofiltration, bioscrubbersatif yang paling efektif dan efisien untuk kontrol pencemaran senyawa industri cat, limbah B3, logam berat, pengolahan, senyawa organik volatilAbstract Industrial paint is one of sources of the specific hazardous material and toxic waste. paint industry mainly are wastewater of washing equipment production and paint spill, sludge from wastewater treatment and volatile organic mpounds. This paper aims to provide an overview the characteristics of hazardous waste paint industry and the alternative treatment. The main characteristics of concentration of heavy metals and organic mata mixing operation then the characteristics of the waste is similar to the compounds which is used as the raw material of paint production processsolved with coagulation-flocculation and sedimentationbiological processes using biofilm technology. While the sludge from wastewater treatment g stabilization/solidification, composting and solid-bed bioleaching. Meanwhile, biofiltration technology, bioscrubbers and biotrickling filters become the most effective and efficientalternative for pollution control of volatile organic compounds from paint hazardous waste, heavy metals, treatment, volatile organic at merupakan industriyang utamanya memproduksicat, pernis danlakproduk pelapis lainnya Lorton, 1988.Aplikasi produk-produk industri cat dapatberdasarkan penggunaannya menjadi empat kelompok, yaitu pelapiataucatrumah, pelapis produk industri, pelapis khusus dan penggunaan lain Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3240 PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUNa Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh NopemberIndustri cat merupakan salah satu sumber penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun limbah B3 spesifik. Limbah B3 industri cat terutama berupa air limbah pencucian peralatan dan senyawa organik volatil. Makalah ini bertujuan untuk memberikan tinjauan tentang karakteristik limbah B3 industri cat dan alternatif teknik pengolahannya. Karakteristik utama limbah B3 industri cat adalah Pembuatan cat pada dasarnya adalah sebuah operasi pencampuran maka karakteristik limbah yang dihasilkan sama senyawa yang digunakan sebagai bahan baku prosesproduksi lasi-flokulasi dan dengan proses biologi menggunakan teknologi biofilm. Sedangkan pengolahan lumpur IPAL industri cat dapat dilakukan dengan teknik stabilisasi/solidifikasi, komposting bioscrubbers dan biotrickling sien untuk kontrol pencemaran senyawa industri cat, limbah B3, logam berat, pengolahan, senyawa organik volatilIndustrial paint is one of sources of the specific hazardous material and toxic waste. paint industry mainly are wastewater of washing equipment production and paint spill, sludge from wastewater treatment and volatile organic mpounds. This paper aims to provide an overview the characteristics of hazardous waste paint industry and the alternative treatment. The main characteristics of paint industry of heavy metals and organic a mixing operation then the characteristics of the waste is similar to the compounds which is used as the raw material of paint production process. Paint industry by of bed bioleaching. ers and biotrickling filters become the most effective and efficientalternative for pollution control of volatile organic compounds from paint , volatile organic lakserta berbagai dikategorikan berdasarkan penggunaannya menjadi empat kelompok, yaitu pelapis arsitektur ataucatrumah, pelapis produk industri, pelapis khusus dan penggunaan lain Doble & Kumar, Seminar Nasional Waste Management II ISBN 978-602-95595-7-6 241 2005. Selain itu juga dapat dikategorikan berdasarkan jenis pelarutnya menjadi dua kelompok, yaitu berbasis air dan berbasis larutan Dursun & Sengul, 2006. Lorton 1988 dan Doble & Kumar 2005 menjelaskan bahwa meskipun bahan yang digunakan sangat bervariasi, proses produksi cat berbasis air maupun berbasis larutan umumnya cat berbasis air dimulai dengan penggilingan grinding pigmen dengan campuran air, amonia, dispersant dan extenders. Ketika penggilingan selesai, bahan ini kemudian dipindahkan ke tangki dalam tangki pencampuran dilakukan penambahan resin, plasticizer, pengawet, antifoaming, emulsi polivinil asetat dan air. Setelah proses pencampuran mencapai konsistensi yang diinginkan, cat disaring untuk menghilangkan pigmen yang tidak terdispersi sempurna dan kemudian dikemas untuk dipasarkan. Sedangkan pembuatan cat berbasis larutan dimulai dengan penggilingan pigmen dengan campuran resin, extender, pelarutdan plasticizer. Setelah penggilingan selesai, bahan ini kemudian ditransfer ketangkipencampuran dan dilakukan penambahan pelarut serta pewarna. Setelahkonsistensiyang diinginkan tercapai, catdisaring, dikemasdansiap untuk dipasarkan. Berbagai limbah bahan berbahaya dan beracun limbah B3, baik dalam bentuk padat, cair maupun gas dihasilkan selama proses produksi cat Doble & Kumar, 2005, terutama pada proses produksi cat berbasis larutan Dursun & Sengul, 2006. Limbah B3 padatyang dihasilkanterutama berupa bekas wadah atau kemasan bahan baku, filter bekas, dan catkering. Sedangkan limbah B3 cair berupa air limbah pencucian peralatan produksi, tumpahan dan ceceran, cat yang tidak memenuhi syarat spesifikasi, cat kadaluarsa dan cat yang dikembalikan dari pemasaran. Sementara itu, limbah B3 gas yang dihasilkan berupa senyawa organik volatilVOC yang berasal dari bahan baku maupun pelarut yang digunakan dalam produksi cat dan debu atau partikel pigmen yang terdispersi ke udara Dursun & Sengul, 2006; Doble & Kumar, 2005; Lorton, 1988; Vaajasaari, 2004.Jikalimbah B3ini tidakditangani dandidetoksifikasi dengan baik, maka akanmencemari lingkungan dan membahayakan manusia Doble & Kumar, 2005. Pemahaman tentang karakteristik dan teknik pengolahan limbah B3 menjadi hal yang penting untuk kesuksesan penanganan dan detoksifikasi limbah B3 dari industri cat. Oleh karena itu, tujuan utama dari makalah ini adalah untuk memberikan tinjauan tentang karakteristik dan beberapa teknik pengolahan limbah B3 yang dapat dilakukan untuk pengolahan limbah B3 dari industri cat berdasarkan pada literatur dan aplikasi yang telah diterapkan. 2. Sumber dan Karakteristik Limbah B3 Industri Cat Secara umum, limbah B3yang dihasilkan dari proses produksi cat disajikan pada Gambar 1. Dari semua limbah B3 tersebut, sekitar 80% berupa air limbah pencucian peralatan produksi dan tumpahan cat Dursun & Sengul, 2006; Lorton, 1988. Selain itu, VOC merupakan hal yang menjadi perhatian dalam penanganan limbah B3 yang dihasilkan dari proses produksi cat Dursun & Sengul, 2006. Sedangkan limbah B3 padat, terutama yang berupa bekas wadah atau kemasan bahan baku dan filter bekas dioptimalkan untuk digunakan kembali dandaur ulang dalam program minimasi limbah B3 dariindustri cat WMRC, 1993. Pembuatan cat pada dasarnya adalah sebuah operasi pencampuran dan bukan operasi konversi kimia, sehingga karakteristik air limbahyang dihasilkan sama dengan senyawa-senyawa yang digunakan sebagai bahan baku proses produksi cat Lorton, 1988. Sebagian besar bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan cat termasuk dalam kategori bahan kimia beracun dan berbahaya, terutama karena mengandung logam berat dan berupa pelarut organik Jewell et al., 2004. Estimasi komposisi kualitatifair limbahindustri cat disajikan pada Tabel 1 Dovletoglou et al., 2002. Karakteristik air limbah industri cat sangat Seminar Nasional Waste Management II ISBN 978-602-95595-7-6 242 bervariasi tergantung pada konsentrasi dan komposisi kimia bahan baku yang digunakan pada proses produksi catMadukasi et al., 2009. Tabel 2 menunjukkan karakteristik air limbah industri cat dari beberapa literatur. Sebagaimana terlihat pada Tabel 2, air limbah dari industri cat mengandung bahan organik yang diwakili oleh COD dan logam berat dalam konsentrasi yang tinggi. Dua pertiga polutan dalam air limbah tersebut dalam bentuk terlarut sedangkan sisanya dalam bentuk koloid, sehingga dalam pengolahannya akan menghasilkan limbah lumpur Hanafy & Elbary, 2005. Limbah lumpur dari instalasi pengolahan air limbah lumpur IPALini dikategorikan sebagai limbah B3 karena mengandung logam berat dan residu pelarut organik Arce et al., 2010. Sementara itu, VOC berasal dari senyawa aromatik seperti benzena, xylene, toluenedan senyawa ester, seperti etil asetat, etil butirat yang digunakan untuk melarutkan resin dalam proses produksi catHe et al., 2012. Sebagian besar senyawa aromatik bersifatracun, terutama benzena yang mutagenik, teratogenik, dan karsinogenikAlberici & Jardim, 1997.Meskipunxylene dan toluenasaat ini tidak diklasifikasikan sebagai karsinogen, peningkatan kasus kangker kerongkongan, dubur dan usus besar pada pekerja dengan paparan jangka panjang terhadap senyawa ini telah dilaporkanMangani et al., 2003. 3. Teknologi Pengolahan Limbah B3 Industri Cat Pengolahan limbah B3 merupakan serangkaian proses pengolahan secara fisik, kimia, biologi maupun termal yang bertujuan untuk mengkonversi limbah B3 menjadi bahan yang tidak berbahaya dan lebih ramah lingkungan Cha et al., 1997. Karena karakteristikfisik dan kimiadarisetiapjenislimbah B3 sangat berbeda, maka pemilihan teknologi pengolahan harus mempertimbangkansifatlimbah, tingkat penguranganbahayayang dibutuhkan, pembiayaan serta faktor-faktorlainnya Eduljee, 2009. Pada makalah ini, pembahasan tentang teknologi pengolahan limbah B3 difokuskan pada pengolahan air limbah, pengolahan lumpur IPAL dan kontrol VOC yang menjadi sumber utama limbah B3 industri cat. 4. Pengolahan Air Limbah Instalasi pengolahan air limbah merupakan salah satu fasilitas yang menjadi syarat perlindungan lingkungan dan telah umum dimiliki oleh industri cat Lorton, 1988; Doble & Kumar, 2005. Banyak metode yang saat ini digunakan untuk pengolahan air limbah industri cat sebelum dikembalikan ke lingkungan secara aman, namun karena karakteristik air limbah industri cat sangat bervariasi maka tidak ada metode yang dapat digeneralisasi untuk dapat diaplikasikan di setiap industri cat. Oleh karena itu, penanganan air limbah industri cat harus dilakukan dengan hati-hati dan bersifat kasuistik Dovletoglou et al., 2002. Instalasi pengolahan air limbah industri cat umumnya terdiri dari tangki equalization, tangki koagulasi-flokulasi, tangki pengendapan primer, tangki aerasi, tangki pengendapan sekunder dan tangki penampung Doble & Kumar, 2005. Pada pengolahan konvensional ini, proses koagulasi-flokulasi memegang peranan penting untuk kesuksesan pengendapan logam berat dan bahan organik yang ada dalam air limbah industri cat Dovletoglou et al., 2002; Hanafy & Elbary, 2005; Gandhi, 2013; Jewell et al., 2004; Madukasi et al., 2009. Dari sekian banyak jenis koagulan, polyaluminumkloridaPAC, ferri sulfat FeSO4 dan aluminum sulfat Al2SO43 merupakan jenis koagulan yang paling sering digunakan pada pengolahan air limbah Dovletoglou et al., 2002. Dovletoglou et al. 2002 melaporkan bahwa penggunaan 4 g/L PAC untuk pengolahan air limbah industri cat dapat menyisihkan 98% COD, 95% TSS dan sekitar 80% logam berat, sedangkan pada penggunaan 2 g/L FeSO4 dapat menyisihkan 80% COD, 90% TSS dan sekitar 50% logam berat. Sementara itu, penggunaan g/L Al2SO43 dapat menyisihkan 95% COD, 90% TSS dan sekitar 70% logam berat Seminar Nasional Waste Management II ISBN 978-602-95595-7-6 243 Gambar 1. Proses produksi dan limbah B3 yang dihasilkan dari industri cat adaptasi dari Dursun & Sengul, 2006 Spesifikasi Kom posisi Para meter [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10 ] Limit*White pigment/po wder 93% TiO2pH additive/powder CaCOTSS mg/L 1093 3821 238â 1100 2770 706 120 426 30White additive/powder SiOTDS mg/L 224 - - - 3325 - 4060 - - 526 500Red pigm ent/powder 94â97% Fe2O3BOD mg /L 182 660 748 105 .3â 280 - 3060 105 - 30Yellow pigment/powder 85â87% Fe2O3COD mg /L 1092 1010 1711 610 1970 7496 5100 25 33 1280 80Blac k pigment/powder 92â95% FeOCond. ÎŒS/cm 234 122 - - 175 153 - - 813 900Blac k pigment/dispersion in water Pigment/water/propylenoglycol Klorida mg/L 49 - - - - - - - - 250Blue pigm ent/dispe rsion in water Pigm ent/water/propylenoglycol Sulfat mg/L 30 - - - - - - - - 250White binder/emulsion Acrylic poly mer/water/am monia Sianida mg/L - - - - - - - 1White binder/liquid Vinylacetate/vinylester Nike l mg/L - - - - - - - - 1Tembaga mg/L - - - - - - 1Kete rangan Tabel 2 Besi mg/L - - - - 11 9 - 1[1] O nuegbu et al., 2013 [6] Akyol, 2012 Kadm ium mg/L - 2 - - - - D ovletoglouet a l ., 2002 [7] Körbahti et al ., 2007 Timbal m g/L - - - - M ousa et al ., 2010 [8] Hanafy & Elbary, 2005 Krom ium mg/L 4 - - - - - - - M adukasi et al ., 2009 [9] Madukasi et al ., 2013 Seng mg/L - 59 - - - - - 15[10] Gandhi, 2 013 Minyak & lemak10- - 143 156 - 154[5] M alak ootian et al ., 2008 - - - -Tabel 1. Estimasi Komposisi Kualitatif Air Limbah Industri Cat Tabel 2. Karakteristik Air Limbah Industri Cat Seminar Nasional Waste Management II ISBN 978-602-95595-7-6 244 Selain koagulasi-flokulasi, telah banyak dikembangkan teknologi fisiko-kimia untuk penyisihan logam berat dan bahan organik pada air limbah industri cat, seperti adsorpsi Malakootian et al., 2008; Malakootian et al., 2009, membranfiltrasi Dey et al., 2004; Ć mĂdovĂĄ et al., 2005, elektrokimia Körbahti et al., 2007; Körbahtia & Tanyolac, 2009, fenton Kurt et al., 2006 dan elektrokoagulasi Akyol 2012. Di samping itu, teknologi pengolahan air limbah secara biologi, terutama dengan memanfaatkan mikroorganisme, juga telah cukup banyak dikembangkan. Priadie 2012, menjelaskan bahwa aplikasi proses pengolahan secara biologi pada unit pengolahan air limbah dapat menggunakan mikroorganisme âtersuspensiâ maupun mikroorganisme âmenempelâ. Mikroorganisme âtersuspensiâ adalah mikroorganisme yang keberadaannya dalam bentuk suspensi di dalam air dan tumbuh sebagai flocks. Umumnya spesies mikroorganisme ini terdiri dari bakteri, protozoa dan metazoa. Sedangkan mikroorganisme âmenempelâ adalah mikroorganisme yang memerlukan media untuk tumbuh, seperti tanah, batuan, tanaman air, maupun media artifisial. Salah satu teknologi pengolahan air limbah secara biologi yang telah banyak diaplikasikan adalah teknologi biofilm. Cao et al., 2012 dan Mousa & El-Rakshy 2010 melaporkan bahwa penggunaan teknologi biofilm berhasil mereduksi 75 - 80%logam berat. Metode terbaru penyisihan logam berat pada air limbah secara biologi adalah teknologi nano-velcro yang dikembangkan oleh Ecole Polytechnique FĂ©dĂ©rale de Lausanne EPFL bekerjasama dengan Northwestern University. Quick 2012, menjelaskan bahwa nano-velcro terdiri dari suatu media berukuran nano sebagai media hidup mikroorganisme yang dilindungi dengan rambut-rambut kecil terbuat dari serat nilon. Ketika sebuah ion partikel bermuatan positif, seperti metil merkuri atau ion kadmium, kontak dengan rambut-rambut ini, maka ion tersebut akan terjebak kedalam media dan kemudian dapat di-detoksifikasi dan/atau bioakumulasi oleh mikroorganisme yang telah disiapkan di dalam media. 5. Pengolahan Lumpur IPAL Seperti halnya pada air limbah, polutan yang paling dominan dalam lumpur IPAL industri cat ini adalah logam berat dan bahan organik. Beberapa metode yang dapat diterapkan untuk pengolahan lumpur IPAL industri cat antara lain stabilisasi/solidifikasi, komposting dan solid-bed bioleachingArce et al., 2010; Tian et al., 2012; Zehnsdorf et al., 2013. Teknologi stabilisasi/solidifikasitelah banyak digunakanuntuk mengolah limbah B3 padat anorganik,namun saatini beberapalimbah padat organikatau limbah padat yang mengandung total karbon organik TOC yang tinggijuga telahberhasil diolah dengan teknologiiniArce et al., 2006. Pemilihan bahan pengikat binder dan pelarut organik yang tepat merupakan faktor penentu keberhasilan proses stabilisasi/solidifikasi limbah padat organik Batchellor, 2006. Arce et al. 2010 melaporkan bahwa stabilisasi/solidifikasi lumpur IPAL industri cat dengan menggunakan campuran kapur CaO dan fly ash batubara sebagai bahan pengikat ditambah proses karbonasi dengan pengaliran gas CO2 murni selama 10 jam untuk mengatasi pengaruh banyaknya bahan organik yang terdapat di dalam lumpur IPAL industri cat dan rasio air/padatan menghasilkan material padat dengan mobilitas DOC dissolved organic carbon 400 mg/kg yang termasuk dalam kategori limbah inert dan memenuhi syarat penimbunan limbah B3 di non-hazardous landfill menurut Uni Eropa maksimal 500 mg/kg. Sedangkan pada penggunaan campuran CaO dengan semen portland dan pengaliran gas CO2 murni selama 4 jampada rasio air/padatan menghasilkan material padat dengan mobilitas DOC sebesar 505 mg/kg yang termasuk dalam kategori limbah tidak berbahaya landfill menurut Uni Eropa maksimal 800 mg/kg. Sementara itu pada penggunaan CaO sebagai binder menghasilkan material padat dengan mobilitas DOC sebesar 800 - 1000 mg/kg atau termasuk dalam kategori limbah berbahaya dan harus ditimbun di secured landfill. Karena lumpur IPAL industri cat mengandung banyak bahan organik, maka bahan ini sangat berpotensi untuk diolah menjadi kompos terutama sebagai sumber nitrogen Tian et al., Seminar Nasional Waste Management II ISBN 978-602-95595-7-6 245 2012. Tian et al. 2012 melaporkan hasil percobaan komposting lumpur IPAL industri cat dengan menambahkan limbah kertas dan limbah pertanian sebagai sumber karbon, kompos matang, nutrien g/kg KH2PO4, g/kg K2HPO4 dan 6% FGD-gypsum menghasilkan kompos dengan kualitas yang cukup baik dan tidak mengakibatkan peningkatan konsentrasi logam berat dalam biomass tanaman uji coba. Teknik bioremediasi yang dikembangkan oleh Helmholtz Centre for Environmental Research dan BAUER Environment Group untuk remediasi sedimen sungai yang tercemar logam berat dan konsentrasi bahan organik yang tinggi Zehnsdorf et al., 2013 berpotensi untuk diaplikasikan dalam pengolahan sedimen IPAL industri et al. 2001, Seidel et al. 2004 dan Zehnsdorf et al. 2013 menjelaskan bahwa proses bioremediasi ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu 1 pengkondisian sedimen dengan tanaman, dan 2 solid-bed bioleaching untuk menghasilkan material yang aman untuk dikembalikan ke lingkungan. Tahap pengkondisian sedimen bertujuan untuk merubah karakteristik bio-fisik-kimia sedimen yang semula berwarna hitam, tingkat permeabilitas rendah, kadar air yang tinggi, aktivitas mikroflora heterotrof yang tinggi dan ketersediaan oksigen yang terbatas menjadi material seperti tanah yang remah dan berwarna abu-abu atau coklat Seidel et al., 2004. Sedangkan solid-bed bioleachingpada prinsipnya adalah aplikasi dari proses ekstraksi logam berat dari senyawa pengikatnya dengan memanfaatkan asam mineral yang dihasilkan oleh mikroorganisme Löser et al., 2001. Löser et al. 2001 dan Seidel et al. 2004 mengemukakan bahwa berdasarkan hasil uji coba solid-bed bioleaching 2 m3 sedimen sungai yang telah dikondisikan, diketahui bahwa penambahan air sebanyak 50 L/hari, udara sebanyak 600 L/hari dan 2% sulfur merupakan dosis optimum untuk mengatifkan mikroorganisme pengoksidasi sulfur menjadi asam sulfat H2SO4. Asam sulfat inilah yang kemudian berperan untuk mengekstrak logam berat yang ada di dalam sedimen. Logam berat yang telah diekstraksi tersebut terlarut dalam air yang kemudian diolah pada unit waste water treatment. Selama percobaan ini, suhu optimum untuk mendukung kinerja mikroorganisme pengoksidasi sulfur berkisar antara 30°C sampai 40°C. Keunggulan dari metode ini adalah pada terjadinya proses pengasaman yang merata di seluruh lapisan sedimen, sehingga proses ekstraksi dan pelarutan logam berat juga terjadi secara merata di seluruh lapisan sedimen Löser et al., 2001. Gambar 2. Proses bioremediasi sedimen terkontaminasi logam berat Seminar Nasional Waste Management II ISBN 978-602-95595-7-6 246 6. Kontrol VOC Berdasarkanbeberapa teknologi kontrol VOC yang telah diterapkan, seperti insinerasi Salvador et al., 2006, catalytic combustionEveraert & Baeyens, 2004 dan adsorpsi Boger et al., 1997, pengolahan secara biologi terbukti efektif dan lebih efisien He et al., 2012.Terdapat tiga metode pengolahan secara biologiyang telah dikembangkan untuk pengendalian pencemaran senyawa volatil dan hidrokarbon di udara, yaitu; biofiltration, bioscrubbers dan biotrickling filters He et al., 2012. Biofiltration merupakan metode bioteknologi tertua untuk menghilangkan komponen gas yang tidak diinginkan. Sejak tahun 1920-an biofiltrasi telah digunakan untuk menghilangkan senyawa berbau misalnya H2S dari gas limbah dari pabrik pengolahan air limbah Groenestijn & Hesselink, 1993. Pada awal 1980-an biofiltrasi mulai dikembangkan untuk menghilangkan senyawa volatil yang mudah dibiodegradasi Groenestijn & Hesselink, 1993 dan sejak pertengahan 1990-an aplikasinya dikembangkan untuk pengolahan uap senyawa hidrokarbon dan logam berat Kumar et al., 2013. Di dalam biofiltrasi, gas dialirkan melalui media yang telah diperkaya dengan mikro-organisme melekat biofilm. Ketika gas tersebut melalui media, maka bahan-bahan pencemar diserap oleh material media dan biofilm yang kemudian secara biologis mengkosidasi bahan-bahan pencemar tersebut menjadi zat yang kurang berbahaya seperti CO2, H2O, NO3-, SO42- dan logam sulfida Kumar et al., 2013. Media biofiltrasi terdiri dari fraksi aktif dan fraksi kasar. Substansi pertama merupakan bahan berserat alami dengan luas permukaan spesifik yang besar serta berisi sebagian besar mikroorganisme dan nutrisi. Material yang sering digunakan adalah kompos dan gambut. Sedangkan fraksi kasar berfungsi sebagai bahan pendukung untuk mencegah turunnya tekanan tinggi di dalam filter. Material yang sering digunakan adalah bahan sintetis seperti polystyrene dan lava particles, atau bahan alami seperti kulit kayu dan serpihan kayu Groenestijn & Hesselink, 1993. Salah satu contoh biofilter yang telah diproduksi adalah VAMfil © berkapasitas pengolahan gas/cairan sebesar 300-1000 m3/h dengan media/bed berupa campuran kompos 4-6 mm dan kulit kayu > 10 mm dalam komposisi 11 Kumar et al., 2013. Bioscrubbers pada dasarnya sama dengan scrubber sistem basah wet scrubber, yaitu melarutkan bahan-bahan pencemar yang ada di dalam aliran gas dengan air yang diseprotkan dari spraying tower pada media inert. Air yang telah tercampur dengan bahan-bahan pencemar tersebut kemudian diolah di dalam waste water treatment plant WĂŒbker&Friedrich, 1996. Pada bioscrubbers, air yang disemprotkan telah diperkaya dengan mikroorganisme dan nutrisi. Air yang telah tercampur dengan bahan-bahan pencemar dari gas secara kontinu dialirkan dan diolah di dalam bioreaktor lumpur aktif lalu diresirkulasikan ke dalam scrubber. Dengan demikian, bioscrubbers terdiri dari scrubber dan bioreaktor lumpur aktif Groenestijn & Hesselink, 1993. Namun menurut Groenestijn, 2005, teknologi ini tidak begitu populer dikembangkan karena keterbatasannya dalam pengaturan suhu, pH, nutrisi dan luas permukaan yang lebih rendah daripada biofiltrasi. Seminar Nasional Waste Management II ISBN 978-602-95595-7-6 247 Gambar 3. Biofilter, a skema proses biofiltrasi, b biofilter berkapasitas 10000 m3/h Gambar 4. Bioscrubbers Gambar filters Biotrickling filters dapat dianggap sebagai perpaduan antara biofiltration dan bioscrubbers. Seperti pada biofiltration, gas dialirkan melalui media yang telah diperkaya dengan mikro-organisme melekat biofilm. Untuk menjaga kelembaban dan ketersediaan mikroorganisme serta nutrisi di dalam media, maka dilakukan penyemprotan air yang telah diperkaya dengan nutrisi sebagaimana dilakukan pada bioscrubbers. Berbeda dengan bioscrubbers, penyerapan dan biodegradasi senyawa target digabungkan dalam satu kolom, sehingga bioreaktor lumpur aktif tidak diperlukan, kecuali kondisi reaksi yang berbeda diperlukan untuk konversi intermediet atau komponen gas lainnya Philip & Deshusses, 2008. Menurut Groenestijn, 2005, teknologi ini diyakini menjadi salah satu yang paling diminati selain biofiltration, karena tingkat efesiensi kerjanya yang tinggi, mudah dioperasikan dan murah. 7. Kesimpulan Konsentrasi logam berat dan bahan organik yang tinggi merupakan karakteristik utama limbah B3 industri cat. Limbah B3 industri cat terutama berupa air limbah pencucian peralatan produksi dan tumpahan cat, lumpur pengolahan air limbah dan senyawa organik volatil. Karakteristik limbah B3 industri cat sangat bervariasi, tergantung pada jenis senyawa-senyawa yang digunakan sebagai bahan baku proses produksi cat. Oleh karena itu, pemilihan teknologi pengolahan harus mempertimbangkan sifat limbah, tingkat pengurangan bahaya yang dibutuhkan, pembiayaan serta faktor-faktor lainnya. Pengolahan air limbah industri cat dapat dilakukan dengan koagulasi-flokulasi dan sedimentasi atau dengan proses biologi menggunakan teknologi biofilm. Sedangkan pengolahan lumpur IPAL industri cat dapat dilakukan dengan teknik stabilisasi/solidifikasi, komposting dan solid-bed bioleaching. Sementara itu, teknologi biofiltration, bioscrubbers dan biotrickling filters menjadi alternatif yang paling efektif dan efesien untuk kontrol pencemaran senyawa organik volatil dari industri cat. Seminar Nasional Waste Management II ISBN 978-602-95595-7-6 248 8. Daftar Pustaka Akyol, A. 2012. Treatment of paint manufacturing wastewater by electrocoagulation. Desalination 285, 91â99. Alberici, and Jardim, 1997. Photocatalytic destruction of VOCs in the gas-phase using titanium dioxide. Applied Catalysis B Environmental 14, 55-68. Arce, R., AndrĂ©s, A. and Viguri, J. 2006. Solidification/stabilization of paint wastes. The 6th International Congress of Chemistry 2006, Tenerife, Spain, 558â563. Arce, R., GalĂĄn, B., Coz, A., AndrĂ©s, A. and Viguri, 2010. Stabilization/solidification of an alkyd paint waste by carbonation of waste-lime based formulations. Journal of Hazardous Materials 177, 428â436. Batchellor, B. 2006. Overview of waste stabilization with cement, Waste Management 26, 689-698. Boger, T., Salden, A. and Eigenberger, G. 1997. A combined vacuum and temperature swing adsorption process for the recovery of amine from foundry air, Chem. Eng. Process. 36, 231â241. Cao, W., Zhang, H., Wang, Y. and Pan J. Z. 2012. Bioremediation of polluted surface water by using biofilms on filamentous bamboo. Ecological Engineering 42, 146â 149. Cha, Song, Sarr, D. and Kim, 1997. Hazardous waste treatment technologies, Water Environ. Res. 684, 575-586. Dey, Hashim, Hasan, S. and Sen Gupta, B. 2004. Microfiltration of water-based paint effluents. Adv. Environ. Res. 8, 455-466. Doble, M. and Kumar, A. 2005. Biotreatment of Industrial Effluents. Elsevier ButterworthâHeinemann, USA. Dovletoglou, O., Philippopoulos, C. and Grigoropoulou, H. 2002. Coagulation for treatment of paint industry wastewater. Journal of Environmental Science and Health A377, 1362-1377. Dursun, D. and Sengul, F. 2006. Waste minimization study in a solvent-based paint manufacturing plant. Resources Conservation and Recycling 47, 316â331. Eduljee, G. 2009. Hazardous waste treatment technologies. in Waste management and minimization, Eds. Smith, Cheeseman, C. and Blakey, N., Eolss Publishers Co Ltd. Everaert, K. and Baeyens, J. 2004. Catalytic combustion of volatile organic compounds, J. Hazard. Mater. 109, 113â139. Finlayson-Pitts, and Pitts, 1997. Tropospheric air pollution ozone, airborne toxics, polycyclic aromatic hydrocarbons, and particles, Science 276, 1045â1052. Gandhi, N. 2013. Biodepollution of paint manufacturing industry waste water containing chromium by using coagulation process. International Refereed Research Journal 41, 110-118. Groenestijn, 2005. Biotechniques for air pollution control past, present and future trends. Biotechniques for Air Pollution Control 25, 3-12. Groenestijn, and Hesselink, 1993. Biotechniques for air pollution control. Biodegradation 4, 283â301. Hanafy, M. and Elbary, 2005. Effluent wastewater treatment for a resin-based paints plant. Ninth International Water Technology Conference, IWTC9 2005, Sharm El-Sheikh, Egypt. 85-103. He, Z., Li, J., Chen, J., Chen, Z. Li, G., Sun, G., An, T. 2012. Treatment of organic waste gas in a paint plant by combined technique of biotrickling filtration with photocatalytic oxidation. Chemical Engineering Journal 200â202,645â653. Jewell, Fasemore, Hildebrandt, D., Glasser, D., Heron, L., Van-Wyk, H. and Cooray, B. 2004. Toward zero waste production in the paint industry. Water SA 305, 95-99. Jolly, Islam, A., Quraishi, and Mustafa, 2008. Effects of paint industry effluent on soil productivity. Journal of Bangladesh Academy of Sciences 321, 41-53. Seminar Nasional Waste Management II ISBN 978-602-95595-7-6 249 Körbahti, Aktasž N. and Tanyolacž A. 2007. Optimization of electrochemical treatment of industrial paint wastewater with response surface methodology. Journal of Hazardous Materials 148, 83-90. Körbahtia, and Tanyolac, A. 2009. Electrochemical treatment of simulated industrial paint wastewater in a continuous tubular reactor. Chemical Engineering Journal 148, 444-451. Kumar, Sridevi, V. Harsha, N., Lakshmi, and Rani, K. 2013. Biofiltration and its application in treatment of air and water pollutants-A review. International Journal of Application or Innovation in Engineering & Management 29, 226â231. Kurt, U., Avsar, Y., and Gonullu, 2006. Treatability of water-based paint wastewater with Fenton process in different reactor types. Chemosphere 64, 1536â1540 Lorton, 1988. Waste minimization in the paint and allied products industry. Waste Management 384, 422-427. Löser, C., Seidel, H., Hoffmann, P. and Zehnsdorf, A. 2001. Remediation of heavy metal-contaminated sediments by solid-bed bioleaching. Environmental Geology 40 4-5, 643-650. Madukasi, Ajuebor, Ojo, and Meadows, 2009. Pollutant removal from paint effluents using modified clay minerals. Journal of Industrial Research and Technology 21, 49-54. Madukasi, Ojo, Igwe, and Taiwo, 2013. Pilot scale treatment of textile and paint effluents by physicochemical and advanced filtration processes. Earth Resources 11, 27-32. Malakootian, M., Almasi, A. and Hossaini, H. 2008. Pb and Co removal from paint industries effluent using wood ash. Int. J. Environ. Sci. Tech. 52, 217-222. Malakootian, M., Almasi, A. and Hossaini, H. 2008. Pb and Co removal from paint industries effluent using wood ash. Int. J. Environ. Sci. Tech. 52, 217-222. Malakootian, M., Nouri, J., and Hossaini, H. 2009. Removal of heavy metals from paint industry's wastewater using Leca as an available adsorbent. Int. J. Environ. Sci. Tech. 62, 183-190. Mangani, G., Berloni, A. and Maione, M. 2003. A GCâMS method for analysis of volatile monocyclic aromatic compounds in heavy fuel oil using headspace-solid phase microextraction. Chromatographia 58, 115â117. Mousa, I. and El-Rakshy, N. 2010. Paints industry wastewater treatment through biological aerated filtering technology, case study. Hazardous Waste ManagementB52. Onuegbu, Umoh, and Onwuekwe, 2013. Physico-chemical analysis of effluents from Jacbon Chemical Industries Limited, makers of bonalux emulsion and gloss paints. International Journal of Science and Technology 22, 169-173. Philip, L. and Deshusses, 2008. The control of mercury vapor using biotrickling filters. Chemosphere 70, 411-417. Priadie, B. 2012. Teknik bioremediasi sebagai alternatif dalam upaya pengendalian pencemaran air. Jurnal Ilmu Lingkungan 101, 38-48. Quick, D. 2012. âNano-velcroâ traps and detects heavy metals in contaminated waterways. Salvador, S., CommandrĂ©, and Kara, Y. 2006. Thermal recuperative incineration of VOCs CFD modelling and experimental validation, Appl. Therm. Eng. 26, 2355â2366. Seidel, H., Loser, C., Zehnsdorf, A., Hoffmann, P. and Schmerold, R. 2004. Bioremediation process for sediments contaminated by heavy metals feasibility study on a pilot scale. Environ Sci Technol 38 5. 1582-1588. Ć mĂdovĂĄ, D., MikulĂĄĆĄek, P. and Skoupil, J. 2005. Treatment of wastewater from water-based paints industry. Environment Protection Engineering 313-4, 135-143. Tian, Y., Chen, L., Gao, L., Michel Jr., Keenerc, Klingmanc, M. and Dick, 2012. Composting of waste paint sludge containing melamine resin and the compostâs effect on vegetable growth and soil water quality. Journal of Hazardous Materials 243, 28-36. Seminar Nasional Waste Management II ISBN 978-602-95595-7-6 250 Vaajasaari, K., Kulovaara, M., Joutti, A., Schultz, E. and Soljamo, K. 2004. Hazardous properties of paint residues from the furniture industry. Journal of Hazardous Materials 106, 71â79. WMRC - Waste Management and Research Center. 1993. Paint waste reduction and disposal options. Champaign, Illinois, USA. WĂŒbker, and Friedrich, 1996. Reduction of biomass in a bioscrubber for waste gas treatment by limited supply of phosphate and potassium ions. Applied Microbiology and Biotechnology 465-6, 475-480. Zehnsdorf, A., Seidel, H., Hoffmann, P., Schlenker, U. and MĂŒller, R. 2013. Conditioning of sediment polluted with heavy metals using plants as a preliminary stage of the bioremediation process a large-scale study. Journal of Soils and Sediments 13 6, 1106-1112. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this PriadieABSTRAK Walaupun telah diberlakukan berbagai macam kebijakan dan peraturan terkait dengan pengendalian pencemaran air, namun penurunan kualitas badan air masih terus berlangsung. Hal ini disebabkan karena lemahnya pengawasan dan penegakan hukum maupun teknologi pengendalian pencemaran air yang berbasis pembubuhan bahan kimia masih belum bisa memenuhi kriteria yang diberlakukan. Tulisan ini menguraikan proses bioremediasi sebagai alternatif dalam upaya pengendalian pencemaran air, meliputi isolasi, pengujian degradasi zat pencemar, dan perbanyakan bakteri. Hasil isolasi dan identifikasi yang berasal dari âbakteri indigenousâ didapatkan Microccocus, Corynebacterium, Phenylo- bacterium, Enhydro- bacter, Morrococcus, Flavobacterium, Bacillus, Staphylococcus, dan Pseudomona, yang dapat mendegradasi logam Pb, nitrat, nitrit, bahan organik, sulfida, kekeruhan, dan amonia. Sedangkan dari bakteri âcommercial productâ didapatkan jenis Bacillus, Pseudomonas, Escherichia, serta enzym Amylase, Protease, Lipase, Esterase, Urease, Cellulase, dapat mendegradasi pencemar organik, nitrogen, fosfat, maupun kontrol pertumbuhan alga. Perbanyakan bakteri dari isolat bakteri indigenous dapat dikerjakan di laboratorium sedangkan bakteri âcommercial productâ bisa didapatkan di pasaran umum. Kata Kunci bioremediasi, isolasi, pengujian, identifikasi, perbanyakan bakteri ABSTRACT Although various policies and regulations related to water pollution control has been enacted, decreasing of water quality in water bodies are still ongoing. This is due to the weakness of monitoring and enforcement practices, as well as pollution control technologies in water-based chemicals, can not achieve the affixing standard. This paper aims to examine the process of bioremediation technologies, include isolation, degradation test, identification, and bacterial multiplication. Isolation and identification results of âindigenous bacteriaâ includes Microccocus, Corynebacterium, Phenylo-bacterium,-bacter Enhydro, Morrococcus, Flavobacterium, Bacillus, Staphylococcus, and Pseudomonas, which can degrade the metals Pb, nitrate, nitrite, organic matter, sulfide, turbidity, and ammonia. Where as the bacteria "commercial product" includes Bacillus, Pseudomonas, Escherichia, and the enzymes amylase, protease, lipase, esterase, Urease, Cellulase, may degrade organic pollutants, nitrogen, phosphate, or control algae growth. Multiplication of bacteria from the indigenous bacterial isolates can be done in the laboratory while the commercial bacterial product can be found in the general market. Keywords bioremediation, isolation, bacterial testing, identification, bacterial multiplicationDagmar Ć mĂdovĂĄ Petr MikulĂĄĆĄekJ. SkoupilThe possibilities of treating wastewater from water-based paint industry were examined. Microfiltration was used as separation process for removing the solid particles from water. Three commercially produced paints AQUAREX, AQUACOL MAT and FORTELUX AQUA were tested. Experiments were performed on tubular ceramic membranes made from α-Al2O3 whose mean size of pores reached ÎŒn. The results of the experiments show that the cross-flow microfiltration is a suitable process for the treatment of wastewater from paint industry. The COD of permeates approached 2000 mgdm -3. Mukesh DobleA. KumarWith increasing government regulation of pollution, as well as willingness to levy punitive fines for transgressions, treatment of industrial waste is a important subject. This book is a single source of information on treatment procedures using biochemical means for all types of solid, liquid and gaseous contaminants generated by various chemical and allied industries. This book is intended for practicing environmental engineers and technologists from any industry as well as researchers and professors. The topics covered include the treatment of gaseous, liquid and solid waste from a large number of chemical and allied industries that include dye stuff, chemical, alcohol, food processing, pesticide, pharmaceuticals, paint etc. Information on aerobic and anaerobic reactors and modeling and simulation of waste treatment systems are also K. ChaJune S. SongDavid SarrThis paper presents and discusses the capabilities of various hazardous waste treatment technologies. These technologies are categorized under biological treatment, chemical and physical treatment and thermal treatment. Studies conducted using the technologies are presented. Wilson F. JardimRosana M. AlbericiThe gas-phase photocatalytic destruction of 17 VOCs over illuminated titanium dioxide was investigated using a plug flow reactor with the following experimental conditions 200 ml minâ1 flow rate, 23% relative humidity, 21% oxygen and an organic compound concentration range of 400â600 ppmv. At steady state, high conversion yields were obtained for trichloroethylene isooctane acetone methanol methyl ethyl ketone methyl ether dimethoxymethane methylene chloride methyl isopropyl ketone isopropanol chloroform and tetrachloroethylene However, the photodegradation of isopropylbenzene methyl chloroform and pyridine was not so efficient. Carbon tetrachloride photoreduction was investigated in the presence of methanol as an electron donor. It was observed that the presence of methanol results in higher degradation rates. No reaction byproducts were detected for all VOCs tested under the experimental set-up and conditions described. Also, long-term conversion was obtained for all tested compounds. Catalyst deactivation was detected with toluene only, but the activity was restored by illuminating the catalyst in the presence of hydrogen peroxide. The capacity of the process to destroy different classes of volatile organic compounds present in the atmosphere was A bioremediation process for sediments contaminated with heavy metals has been developed based on two core stages 1 conditioning of dredged sludge using plants; and 2 solid-bed bioleaching of heavy metals from the resulting soil-like material using microbially produced sulfuric acid. In laboratory and pilot-scale tests, reed canary grass Phalaris arundinacea was found to be best suited for the conditioning process. To demonstrate the feasibility of conditioning in practice, a study on a larger scale was performed. Materials and methods The sediment originated from a detritus basin of the Weisse Elster River in Leipzig Saxony, Germany and was polluted with heavy metals, especially with zinc and cadmium. The dredged sludge was a muddy-pasty, anoxic, and had a high organic matter content. The experimental basin base area of 50 Ă 23 m was filled with 1,400 m3 of sludge to a height of m. Conditioning was carried out in five segments that were planted with pre-cultivated Phalaris plants at two plant densities, sowed with Phalaris seeds using two different seeding devices, and grown over by vegetation. Plant development and changing sediment characteristics were analyzed during two vegetation periods by harvesting plant biomass every 4 weeks and sampling sediment material at two different depths every 2 weeks over a total duration of 475 days. Results and discussion At the end of the second vegetation period, the pre-cultivated Phalaris plants had reached a height of 2 m, compared to m for the sowed Phalaris seeds. Regarding root penetration and the degree of sediment conditioning, the less expensive sowing techniques yielded similar results to planting pre-cultivated plants. The content of heavy metals in the Phalaris plants was below the permissible limits for Germany. The vegetation evapotranspirated large amounts of water from the sediment and transported oxygen into the anoxic sludge. The water content was reduced from 68 to 37 %. The muddy-pasty sludge turned into a soil-like oxic material with a high permeability to water. The oxidation of sediment-borne compounds lowered the pH from to Due to the high total precipitation in Saxony in the summer of 2010, a maximum of 65 % of the sediment was conditioned. Conclusions The feasibility of the first core stage of the bioremediation process for sediments was demonstrated in practice by conditioning 1,400 m3 of dredged sludge using reed canary grass. To establish the proposed sediment treatment in practice, the applicability of the central core stageâsolid-bed bioleaching of conditioned soil-like sedimentâwill also be tested at a larger pilot-scale system integrated with biotrickling filtration BTF and photocatalytic oxidation PCO for the treatment of organic waste gas in a paint plant was investigated in this study. The components of volatile organic compounds VOCs and their concentrations were measured by gas chromatographyâmass spectrometry GCâMS. Results showed that the main components of organic waste gas in the paint plant were ethyl acetate, toluene, ethylbenzene, xylene, ethyltoluene and trimethylbenzene. The removal efficiencies of these VOCs ranged from to by BTFâPCO treatment even after 90 days operation. After BTFâPCO treatment, hazard ratio index based on threshold limit value for time weighted average TLV-TWA and VOCs concentrations indicated that the non-cancer risk of VOCs was rapidly reduced. At steady state of the treatment system, total VOCs TVOC removal efficiencies maintained steadily within the range of with the increase of inlet TVOC concentration from to mg/m3, and increased from to with the flowrate decrease from 3000 to 1333 m3/h. In addition, the maximum elimination capacities of different systems in this study followed the order BTF g mâ3 hâ1 > BTFâPCO g mâ3 hâ1 > PCO g mâ3 hâ1, while VOCs average removal efficiencies followed the order of BTFâPCO > PCO > BTF Overall, by the combination of BTF and PCO systems, the high concentration and multicomponent VOCs from paint plant were removed effectively and environmental friendly. Wenping CaoHouhu ZhangYinmei WangJizheng PanPolluted surface water was remediated in a bioreactor using biofilms on filamentous bamboo in batch and continuous flow modes. The CODcr Chemical Oxygen Demand, using K2Cr2O7 as oxidizer removal rate of the enhanced systems increased more than 13% relative to a controlled system. In the batch reactor with 4-h cycles, the CODcr was mainly removed by the biofilm on the filamentous bamboo. The removal rate of the CODMn permanganate index, NH4+âN ammonia nitrogen, turbidity, and total bacteria were 20â100%, and more than in a continuous flow biofilm reactor with a h retention time. The biofilms contained diverse organisms including protozoa and metazoa. CariSeleksi Terbaik dari bahan baku pembuatan cat Produsen dan Murah serta Kualitas Tinggi bahan baku pembuatan cat Produk untuk indonesian Market di alibaba.com. MENU MENU Dapatkan lebih dari satu penawaran harga dalam waktu 24 jam! 0. Pesanan Menunggu Pembayaran. Menunggu Konfirmasi Uploaded byHandiniDRP 0% found this document useful 0 votes285 views1 pageDescriptionPIKCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes285 views1 pageIndustri Pembuatan CatUploaded byHandiniDRP DescriptionPIKFull descriptionJump to Page You are on page 1of 1Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel the full document with a free trial!Continue Reading with Trial Tepungterigu adalah bahan baku utama yang dipakai dalam pembuatan berbagai produk makanan, seperti: rerotian (bakery), mie (noodle), spaghetti, piza, dan lain-lain. Tepung terigu kaya akan kandungan karbohidrat, namun sangat sedikit kandungan vitamin dan mineralnya. Untuk memperkaya kandungan nutriennya, beberapa bahan tambahan pangan sering ditambahkan sebagai fortifikan tepung terigu.Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus berupaya menggenjot pengembangan ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai. Hal tersebut menyusul dengan melimpahnya cadangan mineral yang dimiliki Indonesia. Meski demikian, dari berbagai macam mineral yang dibutuhkan untuk pembuatan baterai kendaraan listrik, sebagian bahan baku rupanya masih berasal dari impor. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika ILMATE Kemenperin, Taufiek Bawazier menjelaskan dalam pembuatan sebuah baterai kendaraan listrik, setidaknya sebanyak 93% bahan bakunya terdapat di Indonesia. Sementara sisanya sebanyak 7% harus dipenuhi dari impor. Ia pun merinci kebutuhan kapasitas baterai listrik di setiap jenis kendaraan. Misalnya untuk kendaraan roda dua, membutuhkan baterai berkapasitas 1,44 kWh dan roda empat membutuhkan baterai berkapasitas 60 kWh. "Itu dibutuhkan masing-masing per kWh untuk nikel 0,77 kg, manganese 0,096 kg, cobalt 0,096 kg, artinya dalam baterai semua bahan bakunya ada di Indonesia, 7% lithium kita perlu impor," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Rabu 8/6/2023. Lebih lanjut, ia membeberkan pihaknya telah mempunyai peta jalan untuk pengembangan baterai kendaraan listrik di Indonesia. Setidaknya, sekitar 20% kendaraan listrik di 2025 membutuhkan nikel sulfat untuk bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik sebesar ton. "Itu nikel yang dibutuhkan untuk kendaraan listrik, untuk 2030 ton dan 2035 sekitar ton dengan kapasitas nasional sudah mampu disuplai," kata dia. Oleh sebab itu, menurut Taufik dengan adanya kebutuhan nikel sulfat sebesar itu, maka ia mendorong agar investasi di pabrik baterai dapat diperkuat lagi. Utamanya untuk mendukung apa yang telah dicanangkan pemerintah. Taufik merinci saat ini Indonesia telah memiliki fasilitas pengolahan dan pemurnian smelter nikel dengan menggunakan proses hidrometalurgi atau dikenal dengan smelter High Pressure Acid Leaching HPAL. Smelter ini bakal mengolah bijih nikel limonit menjadi produk Mixed Hydroxide Precipitate atau MHP yang merupakan salah satu komponen baterai. "Ini 3 perusahaan yang beroperasi dan yang kedua konstruksi mungkin belum ada FS baru satu," kata dia. [GambasVideo CNBC] Artikel Selanjutnya Pakar Tambang Dorong Moratorium Smelter Nikel, Ini Alasannya pgr/pgr
yNIYR.