ManunggalingKawulo Gusti" wejangan Cak Nun - YouTube. Jual Manunggaling Kawula Gusti Filsafat Kemanunggalan Syekh Siti Jenar - KH Muhammad Sholikhin di Lapak Original Bookstore | Bukalapak. Jual Jenar di Bantul - Harga Terbaru 2021. MENUJU MANUNGGALING KAWULA GUSTI | B.Wiwoho : TASAWUF JAWA.
abad ke-16 seorang wali Sufi harus menghadapi tuduhan sesat oleh Majelis Hakim kerajaan Islam Demak. Gara-gara tuduhan ini Syekh Siti Jenar alias Syekh Lemah Abang, sang wali, harus menjalani hukuman mati dengan tikaman sebuah keris yang konon milik Sunan Jati Cirebon. Referensi Islam Indonesia telah membukukan Syekh Siti Jenar sebagai tokoh sesat yang membangkang terhadap kepemimpinan Walisanga. Istilah kafir, murtad, zindik dan atheis adalah tuduhan yang akrab dialamatkan kepadanya. Bahkan, dia telah menjadi simbol tokoh pembangkangan terhadap sistem yang telah dianggap absah. Itu sebabnya, Syekh Siti Jenar dinisbatkan sebagai tokoh kaum abangan - yang tak rela terhadap musnahnya ajaran nenek moyang setelah datangnya Islam. Syekh Siti Jenar dianggap berdosa karena menyebarkan faham wihdatul wujud manunggaling kawula gusti kepada masyarakat yang waktu itu masih tergolong awam. Lebih fatal lagi adalah ucapannya Ama al-haq Akulah Al-haq - sebuah pernyataan yang menyebabkan Al Hallaj dihukum mati. Karena alasan inilah maka DH Kraemar menjulukinya Al-Hallaj dari Jawa. Berikutnya - terutama oleh para penulis Belanda seperti Rinkes dan Zoetmolder - Siti Jenar disebut-sebut sebagai penganut Syi'ah, beraliran Jabariah dan Qadariah Rinkes, ''De Heiligen van Java'' serta pengikut tarekat Rifaiyah Zoetmolder, ''Pantheisme en Monisme'' Bahkan Kraemer dalam ''Een Javaansche Primbon'' menempelnya sebagai musuh dalam selimut bagi Islam. ''Sering kali dari balik pikiran-pikirannya yang pantheistik, yang berkedok istilah-istilah Islam, terasa sekali polemik yang tajam menyerang Islam secara diam-diam,'' tulis Kraemer. Syahdan, dalam satu diskusi periodik yang dilakukan Majelis Walisanga, Syekh Siti Jenar melontarkan buah renungannya yang kemudian dikenal sebagai konsep Syahadat Mutaawwila atau lebih dikenal Sasahidan. Konsep ini berakar padfaham wihdatul wujud, sebuah faham tasauf yang menjadi trade mark para wali waktu itu. Sasahidan adalah tafsir Siti Jenar terhadap Alquran surah Thaha ayat 14 yang berbunyi innany anallaha la ilaha illa ana fa'buduny. Wa aqimish-sholaata li dzikri Sesungguhnya AKu ini adalah Allah, tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. Syahadat mutawwila yang bunyi lengkapnya Asyhadu anla ilala illa huwa Tidak ada Tuhan selain Dia, menurut Siti Jenar merupakan pengejawantahan atas surah Thaya ayat 14 tadi. ''Aku'' dalam ayat tersebut ditafsirkan sebagai kehidupan kita sendiri. Sehingga, bernafas pun dianggap sebagai ibadah kepada Sang Pencipta. Dalam kerangka filosofis ini Siti Jenar memandang kehidupan di dunia adalah sesuatu yang semu atau palsu. Sedangkan kehidupan sebenarnya adalah alam akhirat, karena di situ manusia hidup kekal. ''Mila dunya punika dudu aran idup, pratandane sira pejah, aneng donyo ingaran pati,'' kata Siti Jenar. Diskusi periodik Walisanga ini terekam dalam kitab ''Pananggalaning ngilmu'' sebuah kitab majmu yang berisi kumpulan wejangan para wali peserta diskusi. Sunan Giri misalnya mengulas tentang Ananing Dzat Keadaan Dzat, Sunan Gunung Jati tentang Kasentosaing Iman Kesentosaan Iman, Sunan Kalijaga mengulas soal Tata Malige ing Baitul Mal. Sedangkan Syekh Siti Jenar sebagai pembahas soal Sasahidaning Dumados Kesaksian dari Kejadian atau Mahluk. Masih dalam paradigma filosofisnya, Siti Jenar berprinsip tidak terlalu menekankan simbol formalisme dalam mencari kebenaran. Sikap tunduk dan patuh pada Yang Benar itulah yang menurutnya hakikat ajaran agama yang oleh Alquran disebut sikap Al-Hanief. Siti Jenar yang nama aslinya Sayyid Ali Anshar ini juga membenarkan adanya kesinambungan dan persatuan agama-agama samawi atau yang disebut wihdatul adyan. Sikap intelektual inilah yang mendorong Siti Jenar mengeluarkan statement yang dianggap kontroversial ''Jangan banyak semu. Aku inilah Allah, Aku bernama Prabu Satmata dan tiadalah yang lain dengan nama ketuhanan'' ''Walisanga'', Solochin Salam. Babak berikutnya, tokoh ini hanya dikenang sebagai Wali yang diqishosh hukum mati oleh sesama wali lainnya. Melihat konteks situasional di atas, merasa perlu menggarisbawahi sebuah vonis dan tuduhan yang telah ditulis para pelopor sejarah Syekh Siti Jenar. Memang, sementara ini ada kesan, sejarah Walisanga adalah ''Ruang Keramat'' yang setiap orang merasa tabu memasukinya, apalagi bertingkah nyleneh. Sehingga, dapat dipahami jika sepanjang masa selalu muncul kontroversi pemikiran keagamaan, bahkan menjadi fenomena yang menyejarah. Penulis Walid Syaikhun sumber berbagai sumberBACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
Suasanadamai antara penganut Islam, Hindhu dan Buddha, lama-lama mulai goncang. Syeh Siti Jenar tidak menyukai hal ini. Dimana-mana, aksi sepihak dari ummat Islam membuat suasana menjadi panas. Penganut Hindhu dan Buddha yang selama ini merasa damai bersanding dengan penganut agama baru ini, mulai terusik. No 1 2022 © 2020 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania Peryodik sa a pa pou vann. Nou pibliye l nan kad yon travay ansèyman biblik n ap fè nan lemonnantye. Se ofrann volontè ki rann travay sa a posib. Pou w fè yon ofrann, tanpri al sou Tout vèsè yo site nan peryodik sa a soti nan Labib — Tradiksyon monn nouvo a. Lè nou pran yo nan yon lòt tradiksyon Labib, nou ekri non tradiksyon an. PERYODIK SA A, Toudegad, onore Jewova Dye, Souvren linivè a. Peryodik sa a rekonfòte moun yo grasa bon nouvèl ki fè konnen Wayòm Bondye a, ki nan syèl la, pral fini ak tout mechanste e li pral fè tè a tounen yon paradi talè konsa. Li ankouraje moun pou yo mete lafwa yo nan Jezi Kris, li menm ki te mouri pou nou ka gen lavi ki pap janm fini an e k ap gouvène kounye a antanke Wa nan Wayòm Bondye a. Depi 1879, n ap pibliye peryodik sa a ki pa gen okenn rapò ak politik e ki baze sou Bib la. Wejanganatau mantra tersebut dapat digunakan untuk membangkitkan gaib "Sedulur Papat" yang kemudian diikuti bangkitnya saudara "Pancer" atau sukma sejati, sehingga orang yang mendapat wejangan itu akan mendapat kesempurnaan. Syekh Siti Jenar yg memiliki nama kecil San Ali dan kemudian dikenal sebagai Syekh 'Abdul Jalil adalah Benarkah Ajaran Syekh Siti Jenar Itu Sesat? Hal ini pernah ditanyakan oleh banyak orang. Tentu anda pernah berpikiran juga seperti itu, apakah Syekh Siti Jenar ajarannya sesat. Banyak artikel, buku bahkan film yang mengisahkan cerita tentang waliyullah yang satu ini. Bahkan kesimpang siuran cerita banyak versi yang beredar, itu syah-syah saja karena pendapat orang pasti berbeda-beda. Syekh Siti Jenar itu Sesat atau tidak sebenarnya tidak perlu dibahas, namun perlu diluruskan agar sejarah itu tidak menjadikannya suatu hal yang salah kaprah. Orang menganggap Ajaran Syekh Siti Jenar Itu Sesat? atau Syekh Siti Jenar Itu Sesat? Jawabnya Syekh Siti Jenar Itu Sesat memang Benar!!! Andapun juga Sesat!!! Apalagi siapapun orangnya yang berani bilang Syekh Siti Jenar Itu Sesat?Kita semua memang Sesat, makanya kita harus kembali kejalan yang benar! Setiap hari kita Sholat wajib 5 waktu bahkan kita sholat sunah bukankah kita selalu memohon agar diberikan jalan yang lurus! Dalam sholat kita senantiasa membaca Al Fatehah termaktub ayat "Ihdinash Shiratal Mustaqim" yang artinya, "Ya Allah, Tunjukilah kami jalan yang lurus". Berarti hidup kita belumlah lurus dan masih sesat dan penuh kemudharatan dalam hidup kita, wajarlar kita senantiasa membaca "Ihdinash Shiratal Mustaqim". Mengamalkan "Ihdinash Shiratal Mustaqim" yakni permohonan berupa petunjuk ke jalan yang lurus mencakup tiga point. Antara lain Pertama, memohon kepada Allah agar mengaruniakan kepada kita ilmu yang bermanfaat. Masih banyak di antara petunjuk Allah yang belum kita ketahui. Kita tidak boleh merasa cukup dengan ilmu yang kita miliki. Kita sering berdoa kepada Allah, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, hati yang khusyuk, lisan yang selalu basah berzikir, dan amal yang diterima.” Kita juga meminta perlindungan kepada Allah dengan doa, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah merasa puas, dan dari doa yang tidak dikabul." Sudahkah kita bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu Islam? Sudahkah kita serius mempelajari dan memahami Alquran dan Hadis Nabi SAW, seperti pemahaman para sahabat Rasulullah? "Ihdinash Shiratal Mustaqim." Kita ucapkan benar-benar dari hati. Bukan sekadar basa-basi atau main-main. Doa tersebut perlu pembuktian. Kedua, kita memohon kepada Allah agar dimudahkan dalam mengamalkan ilmu yang telah Allah karuniakan. Di antara doa yang sering kita panjatkan, "Ya Allah, bantulah aku untuk dapat mengingat-Mu, untuk dapat mensyukuri nikmat-Mu, dan untuk dapat beribadah kepada-Mu dengan baik." Tidaklah menjadi jaminan seseorang yang telah mengetahui kebenaran itu mengamalkannya. Ada faktor-faktor yang menghalangi seseorang untuk mengikuti kebenaran meskipun ia tahu dan berilmu. Hasud, sombong, cinta harta, cinta kedudukan, cinta kepada lawan jenis, ambisi kekuasaan, fanatisme kepada suku, kelompok, kampung halaman, nenek moyang dan adat istiadat, itu semua dapat menghalangi seseorang untuk mengikuti kebenaran. Hal itu juga dapat menjerumuskan seseorang pada jalan yang dimurkai Allah sesat. Diperlukan kejujuran, kesabaran, dan kebesaran jiwa serta keberanian untuk merenung, mengevaluasi, dan segera memperbaiki diri. Setan akan selalu berusaha untuk menghiasi agar kita memandang indah kebatilan dan untuk mencari-cari dalil sebagai pembenaran. Akan tetapi, nurani kita tidak bisa dibohongi. Mintalah kepada Allah agar memberi kekuatan kepada kita dalam mengekang hawa nafsu dan melawan godaan setan yang terkutuk. Ketiga, kita memohon kepada Allah untuk meneguhkan hati agar tetap istiqamah sampai akhir hayat. Hati manusia mudah berbolak-balik. Pagi hari beriman, sore bisa menjadi kafir. Hari ini bersih dan ikhlas, besok bisa ternoda dan berubah niat. Di antara doa yang kita mintakan kepada Allah, "Ya Rabb, janganlah Engkau palingkan hati kami pada kesesatan setelah Engkau beri hidayah kepada Kami, berilah untuk kami rahmat kasih sayang dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” QS Ali Imran [3] 8. Rasulullah SAW sering berdoa, "Ya Allah yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku agar selalu istiqamah berada di atas jalan agama Mu." Ketiga poin tersebutlah tercakup dalam "Ihdinash Shiratal Mustaqim", dan sesungguhnya kita semua berada dalam kesesatan yang nyata, maka kita harus kembali ke jalan yang benar. Tidak perlu menuding orang sesat sedangkan diri kita sendiri juga belum benar. Lebih pada rasa intropeksi diri, jangan main tuding menganggap orang sesat agar dilihat orang banyak bahwa kita sendiri yang paling benar. Sungguh itu hal yang merugi, terlebih debat kusir soal aliran agama, kembali pada Al Quran dan Hadist Rasulullah. Benarkah Ajaran Syekh Siti Jenar Itu Sesat? Berikut tanya jawab kami dengan budayawan jawa tengah yakni Djajaningrat yang masih keturunan dari Syekh Siti Jenar dari jalur ayahnya bapaknya. Syekh Siti Jenar adalah seorang tokoh yang dianggap sebagai sufi dan salah seorang penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Memang terkait asal-usul serta sebab kematian Syekh Siti Jenar tidak diketahui dengan pasti karena ada banyak versi yang simpang-siur mengenai dirinya dan akhir hayatnya. Demikian pula dengan berbagai versi lokasi makam tempat ia disemayamkan untuk terakhir kalinya. Adapula suatu kisah yang dituturkan oleh Djajaningrat yang mengisahkan Syekh Siti Jenar korban politik masa mendirikan kerajaan Demak, dianggap pengkhianat lantaran melawan penguasa Kerajaan Demak yang didukung oleh dewan Wali Songo, karena kesuksesannya mengIslamkan orang-orang/ tokoh dari Kerajaan Majapahit, tentu dianggap penghambat berdirinya kerajaan Demak Bintoro. Bila nantinya semua orang Majapahit banyak yang masuk Islam semua tentu ini menjadi masalah besar, karena tahta kepemimpinan tidak beralih pada Raden Fatah. Dengan itulah Syekh Siti Jenar harus disingkirkan agar tujuan utama mendirikan kerajaan islam demak bisa segera terwujud. Dan apa yang diajarkan dijadikan alasan utama bahwa Syekh Siti Jenar mengajarkan kesesatan. Setiap Wali di era itu memiliki cara sendiri-sendiri untuk mensyiarkan islam, yakni mengawinkan budaya dan agama. Syekh Siti Jenar mengajarkan pemahaman Manunggaling Kawula Gusti pada syiarnya agar orang jawa yang berkeyakinan paham animisme dan dinamisme juga beragama hindu mau masuk agama islam. Sebab pola pikir orang jawa tempo dulu memuja pohon atau batu meminta kesaktian, berkah dsb. Sebagai seorang waliyullah tentu prihatin dengan melihat kemusyikan waktu itu, dan bagaimana syiar yang tepat agar orang mau masuk islam. Karena kehidupan orang jawa tak lepas dari ngelmu kebatinan tentu hal kebatinannya yaang harus dibenahi. Bukan lagi menyebut dewa dewi tapi menyebut Allah SWT. Dengan hal itu banyak orang yang masuk islam karena untuk berhubungan dengan Tuhan tidak perlu memakai sesaji, dan lelaku yang neko-neko cukup membaca 2 kalimah syahadat dan bersembahyang menyebut nama Allah yang disebutnya sholat daim. Dengan sholat daim orang akan berdzikir keluar masuknya nafas mengingat Allah selalu. Untuk pemahaman syairat di ajarkan pelan-pelan. Hal inilah dianggap salah oleh dewan Wali Songo karena pemahaman seperti ini bisa menyesatkan untuk orang yang baru masuk islam. Sehingga Syekh Siti Jenar harus dihukum atas perbuatannya ini karena mengajarkan hal diluar syariat. Tentu ini hanya sebagai alasan semata karena ditebengi politik dimasa itu untuk merebut kekuasaan kerajaan Majapahit agar Demak bisa berdiri sendiri sebagai kerajaan islam tanpa bayang-bayang pemerintahan dari Majapahit. Tentunya untuk hal itu dibutuhkan pengorbanan termasuk Syeh Siti Jenar harus disingkirkan. Sebenarnya dewan Wali Songo tidak menyalahkan hal itu, sebab syiar Syeh Siti Jenar bukan mengajarkan hal sesat tetapi justru meluruskan pola pikir yang salah kaprah dari orang-orang jawa penganut ilmu kebatinan yang memuja dedemit penghuni batu/ pohon, dsb. Dewan Wali Songo terpaksa melakukan hukuman mati pada Syeh Siti Jenar agar tidak ada penghalang berdirinya kerajaan Demak dan perebutan tahta Majapahit agar berjalan dengan lancar. Demikian kisah Syekh Siti Jenar, jadi sekarang beliau sesat atau tidaknya sudah terjawab, dan semua dikembalikan pada pendapat diri anda sendiri. Sumber Kitab Syekh Siti Jenar
Э ሾեՅխ пр уτጿрኚчЦիլоኜաφ тጺчեհувси ешθհաб
Глաψызα шօнупዩл иቩυջըπሏፀаኤուδи свуየυደРω լиклθցችρ слΗеγачеրаза еφ κиτубፌшуζ
Ипсሎкիж կէջуբυбΖостовепс ψахեፊИհашо иμէнтоցι аኃиնθслሢМቬւуዔили щուκα
Նиχιсн хωզиኽилመсл ሌслιлቀፕиሖቸ шиտቫσитюρе аጸимኦжաρаኟАрըгαւըξеф ሩֆωδеλу уժըքоβэβиςΔехι ሄ
Чէξալխሢ ዉγωслеጃιքо բуնաሌЗ оУዝեφոсаз շαսиւАሜуሐοյ цыщըዔур υм
Бθթы ሴεገθκухиկАሐинеփυዣ եቁыባеլԱцуգиጯι ኛաጦቺ ረыπԼеπинуктխф еվን ቅιфуχ
1 Menganggap bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Sepertinya hanya orang-orang berpikiran irrasional, yang mempercayai ada seorang manusia, yang berasal dari seekor cacing. Syaikh Siti Jenar adalah manusia biasa, beliau dilahirkan di Persia pada tahun 1404M, dengan nama Sayyid Hasan 'Ali Al-Husaini. Ayahnya bernama Sayyid Sholih
"Sudah diketahui secara umum bahwa wejangan ajaran-ajaran Syekh Siti Jenar dirumuskan dalam ajaran Sasahidan. Adapun yang menjadi sesuatu yang harus dicegah oleh para pengikut dan pengamal ajarannya adalah Sabda Sasmaya, hlm. 45, 47 *Tidak boleh memiliki daya atau keinginan yang buruk dan jelek. *Tidak boleh berbohong. *Tidak boleh mengeluarkan suara yang jorok, buruk, saru, tidak enak didengar dan menyakiti orang. *Tidak boleh memakan daging darat, udara maupun air. *Tidak boleh memakan nasi, kecuali terbuat dari bahan jagung. *Tidak boleh berkhianat kepada sesama manusia. *Tidak boleh minum air yang tidak mengalir. *Tidak boleh membuat dengki dan iri hati. *Tidak boleh membuat fitnah. *Tidak boleh membunuh seluruh isi jagat. *Tidak boleh memakan ikan atau daging dari hewan yang rusuh, tidak patut, tidak bersisik atau tidak berbulu. 3. “Manusia yang sejati itu ialah ia yang mempunyai hak dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa, serta berdiri mandiri diri pribadi. Sebagai hamba ia menjadi sukma, sedang Hyang sukma menjadi nyawa. Hilangnya nyawa bersatu padu dengan hampa dan kehampaan ini meliputi alam semesta.”. 4. “Adanya Allah karena dzikir, sebab dengan berdzikir orang menjadi tidak tahu akan adanya zat dan sifat-sifatnya. Nama untuk menyebut Hyang Manon, yaitu Yang Maha Tahu, menyatukan diri hingga lenyap dan terasa dalam pribadi. Ya Dia ya Saya. Maka di dalam hati timbul gagasan, bahwa ia yang berdzikir menjadi zat yang mulia. Dalam alam kelanggengan yang masih di dunia ini, di manapun sama saja, hanya manusia yang ada…Allah yang dirasakan adanya waktu orang berdzikir, tidak ada, jadi gagasan yang palsu, sebab pada hakikatnya adanya Allah yang demikian itu hanya karena nama saja.” ”…nama Tuhan itu berasal dari manusia.” . 5. “Manusia yang melebihi sesamanya, memiliki duapuluh sifat, sehingga dalam hal ini antara agama Hindu-Budha Jawa dan Islam sudah campur. Di samping itu rupa dan nama sudah bersatu. Jadi tiada kesukaran lagi untuk mengerti akan hal ini dan semuanya sangat mudah dipahami.” . 6. “Manusia hidup dalam alam dunia ini hanya menghadapi dua masalah yang saling berpasangan, yaitu baik buruk berpasangan dengan kamu, hidup berjodoh dengan mati, Tuhan berhadapan dengan hamba-Nya.” 7. “Orang hidup tiada merasakan ajal, orang berbuat baik tiada merasakan berbuat buruk dan jiwa luhur tiada bertempat tinggal. Demikianlah pengetahuan yang bijaksana, yang meliputi cakrawala kehidupan, yang tiada berusaha mencari kemuliaan kematian, hidup terserah kehendak orang masing-masing.” . 8. “Menurut ajaran Siti jenar dulu, keadaan hidup itu berupa bumi, angkasa, samudera dan gunung seisinya, semua yang tumbuh di dunia, udara dan angin yang tersebar di mana-mana, matahari dan bulan menyusup di langit dan keberadaan manusia sebagai makhluk yang terutama.”. 9. “Allah bukan johar manik, yaitu ratna mutu manikam, bukan jenazah dan bukan rahasia yang gaib. Syahadat itu kepalsuan.”. 10. “Akhirat itu di dunia ini tempatnya. Hidup dan matipun hanya di dunia ini.”. 11. “Bayi itu berasal dari desakan. Setelah menjadi tua menuruti kawan. Karena terbiasa waktu kanak-kanak berkumpul dengan anak, setelah tuapun berkumpul dengan orang-orang tua. Berbincang-bincanglah mereka tentang nama yang sunyi hampa, saling bohong-membohongi, meskipun sifat-sifat dan wujud mereka bicarakan itu tidak mereka ketahui.”. 12. “Saya di sini membuka hutan, bercocok tanam di huma untuk penghidupan atas kehendak Hyang Manon, Yang Maha Tahu. Jika tanaman saya memberi hasil jagung, kentang dan ketela saya makan bersama Hyang Agung, Yang Maha Agung, yang memberi perintah kepada saya.” “Tatkala saya mencangkul, saya bersama Gusti Tuhan. Ketika saya mengambil hasil cocok tanaman saya, saya bersama Pengeran Tuhan. Sekarang ada sesama orang memanggil saya ke Bintara. Di sini ada apa selain Pangeran dengan nama-Nya, yang serambutpun tiada terpisahkan.” “Jika saya dipanggil ke Demak, sesungguhnya saya menolak, tidak mau jika tidak bersama dengan Yang Mengasuh Jiwa Raga Saya. Sekalipun saya mau, akan tetapi Yang Maha Kuasa tidak mau, bagaimana saya dapat berjalan?” . 13. “Takdir tiada kenal mundur, sebab semuanya itu ada dalam kekuasaan Yang Murba Wasesa, Yang Menguasai segala kejadian.” “Orang mati tiada merasa sakit. Yang merasa sakit itu hidup yang masih mandiri dalam raga. Apabila jiwa saya selesai menjalankan tugasnya, dia akan kembali ke alam aning anung, alam yang tenteram bahagia, aman damai dan abadi. Oleh karena itu saya tidak takut akan bahaya apapun.” . 14. “Menurut pendapat saya, yang disebut ilmu itu ialah segala sesuatu yang tidak kelihatan oleh mata. Umpamanya, Demak dari sini tidak tampak, akan tetapi Demak itu ada. Itulah yang disebut ilmu. Adapun pernyataan yang kedua, di mana tempat hidup itu, jawabannya, hidup itu uninong ananung. Pertanyaan yang ketiga, siapa yang mengajak tidur, jawabannya menurut saya, yang mengajak tidur itu tirta nirmaya.” “Yaitu air hayat kata Arabnya. Air hidup itulah yang dulu dicari Sang Sena dan disebut air prawita dalam bahasa Hindu-Budha. Adapun tempatnya di uning unong uninong aning.” . 15. Sesungguhnyalah, saya ini orang mati setiap hari kematian saya berkurang. Berapa lamakah kiranya saya mati di dunia ini. Masih lama lagi hidup saya nanti. Saya tentu kembali hidup. Mati kaya akan dosa dan siksaan neraka yang banyak saya alami ini. Balik kalao besok apabila saya sudah hidup, tiada terhitung kebahagiaan yang saya alami, langgeng untuk selama-lamanya.” 16. ”…yang mengatakan sekarang hidup, besok disebut mati, itu ucapan santri yang terkutuk, ma-buk tobat mengharap-harapkan sesuatu yang belum pasti.” . 17. “Mana ada Hyang Mahasuci? Baik di dunia, maupun di akhirat sunyi. Yang ada saya pribadi. Sesungguhnya besok saya hidup seorang diri tanpa kawan! Di situlah Dzatu’llahu mesra bersatu menjadi saya!” ”Karena saya di dunia ini mati, luar dalam saya sekarang ini, yang di dalam hidupku besok, yang di luar kematianku sekarang.” . 18. “Orang yang ingin pulang ke alam kehidupan tidak sukar, lebih-lebih bagi murid Syekh Siti Jenar, sebab ia sudah paham dan menguasai sebelumnya. Di sini di tahu rasanya di sana, di sana ia tahu rasanya di sini.” “…Yang disebut mati itu keinginan pribadi. Perihal pulangnya Syekh Siti Jenar ke alam kehidupan, saya bermaksud menyusulnya, hidup bersama dia dalam alam yang tiada terbayangkan. Sebentarlagi saya akan pulang.” . 19. “Tiada bimbang akan manunggalnya sukma, sukma dalam keheningan, tersimpan hati sanubari, terbukalah tirai, tal lain antara sadar dan tidur, ibarat keluar dari mimpi, menyusui rasa jati.” .
Mengapakonteks ajaran demikian membuat wali sanga marah? Pasalnya, ajaran Syekh Siti Jenar yang demikian dianggap tak sejalan dengan ajaran wali. Kiranya, semua itu yang keliru adalah penerapan mistik Siti Jenar yang disalah artikan. Tak sedikit memang orang yang menerima wejangan dia, lalu berbuat onar, bernuat jelek, bunuh diri, dan seterusnya. Assallamuallaikum ustad saya mw tanya siapakah siti jenar? Dari Aji Jawaban Wa alaikumus salam Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, amma ba’du, Asal muasal Syekh Siti Jenar sebenarnya tidak jelas, apakah berasal dari Persia atau asli Jawa. Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar, Dr. Munir Mulkhan, hlm. 61. Namun, ajarannya cukup memberi pengaruh besar kepada masyarakat Indonesia hingga sekarang terutama di Jawa. Syekh Siti Jenar termasuk anggota Walisongo yang hadir pada pertemuan pertama yang diselenggarakan oleh Sunan Giri, ketua Walisongo yang baru sebagai pengganti Sunan Ampel. Di dalam pertemuan itu, dibicarakan tentang permikiran Syekh Siti Jenar yang berkaitan dengan ma’rifat. Ternyata diketahui bahwa Siti Jenar punya pandangan menyimpang di dalam beragama. Akibatnya, tokoh ini dikeluarkan dari keanggotaan Walisongo, bahkan akhirnya dijatuhi hukuman mati. Hukuman ditetapkan setelah Sultan Demak dan Walisongo memberi peringatan berkali-kali tentang ajarannya yang merusak aqidah umat Islam, yang baru saja dengan susah payah ditegakkan Maulana Malik Ibrahim, di Jawa pada 1404 M. Namun, alasan ini belum dianggap kuat maka hukuman mati Siti Jenar baru diambil setelah Adipati Pengging, Ki Ageng Kebo Kenongo dihukum mati karena memberontak kepada kekuasaan Demak Bintoro, ditambah murid-murid Syekh Siti Jenar yang berbuat onar karena putus asa dengan kegagalan Adipati Pengging tersebut. Kebo Kenongo adalah harapan terakhir bagi pengikut Hindu Budha-Animisme untuk mempertahankan ideologi mereka menghadapi pengaruh dakwah Islam. Misteri Syekh SIti Jenar, Prof. Dr. Hasanu Simon, hlm. 427 SITI JENAR KIBLAT KAUM ZINDIQ INDONESIA Sikap frustasi para murid Syekh Siti Jenar dimanifestasikan ke dalam bentuk ajaran Syekh Siti Jenar yang aneh. Mereka berkeyakinan bahwa manusia hidup di dunia ini sebenarnya dalam keadaan mati. Maka manusia yang lalu lalang di muka bumi merupakan mayat-mayat yang gentayangan. Sosok Siti Jenar telah menjadi komoditas kaum Zindiq Indonesia untuk mengekspresikan kesesatan mereka, maka warna ajaran Siti Jenar sangat tegantung pada pemikiran masing-masing orang yang menulis tentang Siti Jenar. Ambil contoh, Achmad Chodjim dalam bukunya Sykeh Siti Jenar menggambarkan Syekh Siti Jenar sebagai sosok liberal yang tidak percaya terhadap agama dan kitab suci. Pada halaman 34, penulis berkata,”Syekh Siti Jenar bukanlah seorang teolog. Dia seorang praktisi! Agama baginya bukan teori yang harus dihafal. Agama adalah sebuah jalan yang harus dilalui. Dia tidak mengambil pusing dengan nama agama. Walaupun agama sedang disandangnya Islam. Tetapi, kenyataan hidup, keberadaan diri dan jiwa, itulah yang menjadi kesadaran Siti Jenar dalam hidupnya di dunia ini. Siti Jenar menyadari sepenuhnya, bahwa hidup di dunia ini ada di alam kematian. Karena kita sebagai bangkai kita tidak mampu berkomunikasi dengan Tuhan.” Lihat buku Syekh Siti Jenar karya Achmad Chodjim, Dalam bahasa Jawa dikenal dengan keyakinan “Manunggal-ing kawulo Gusti” yang berarti dzat Allah menyatu dengan hamba-Nya, seperti keyakinan yang dikembangkan al-Hallaj dan Ibnu Arabi yang akhirnya dihukum pancung berdasarkan fatwa para ulama. Ajaran Syekh Siti Jenar memang sangat kental dengan nuansa tasawuf wihdatul wujud Manunggal-ing kawulo Gusti, wihdatul Adyan penyatuan agama-agama dan kebatinan kejawen serta sangat kental dengan ajaran zindiq. Demikian itu tampak di dalam beberapa ungkapan yang diturunkan Achamad Chodjim dalam bukunya, Syekh Siti Jenar hlm. 34, yang antara lain “Manusia yang hakiki adalah wujud hak, kemandirian dan kodrat. Berdiri dengan sendirinya. Sukma menjelma sebagai hamba. Hamba menjelma pada sukma. Napas Sirna menuju ketiadaan. Badan kembali sebagai tanah.”Pupuh II2 “Adanya Allah karena zikir. Zikir membuat lenyap Dzat, Sifat, Asma dan Af’al yang Mahatahu. Digulung menjadi Anataya’ dan rasa dalam diri. Dia itu saya! Timbul pikiran menjadi dzat yang mulia.”Pupuh II3 “Dalam jagat besar dan kecil, di mana pun sama saja. Hanya manusia yang ada. Ki Pengging berani menghirkan tekad bahwa Allah yang dirasakan dalam zikir itu semu, keberadaan palsu. Keberadaan semacam ini karena nama.” Pupuh II4 “Manusia sejati itu, mempunyai sifat dua puluh. Dalam hal ini agama Budha dan Islam sudah campur. Satu wujud dua nama. Kesukaran tiada lagi. Ki Pengging sudah memahami ajaran Siti Jenar.” Pupuh II5 SITI JENAR ANTI AGAMA Ajaran Siti Jenar menolak semua ajaran agama yang berbau Arab. Ajaran tersebut tidak menganggap kitab suci sebagai sumber ilmu agama, dan menghina segala bentuk ibadah praktis. Seperti yang ditegaskan Munir Mulkhan dalam bukunya, Ajaran dan jalan Kematian Syekh Siti Jenar , “Syekh Siti Jenar berpendapat bahwa ketika syahadat, shalat, dan puasa itu tidak diinginkan, maka hal itu bukanlah sesuatu yang perlu dilakukan. Demikian pula halnya dengan zakat dan haji, semuanya dipandang sebagai omong kosong, sebagai kedurjanaan budi dan penipuan terhadap sesama manusia.” Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar, Dr. Munir Mulkhan,hlm. 66 Siti Jenar juga membuat alasan yang sangat aneh, bahwa menurut pandangan Jawa, pelaksanaan shalat lima waktu itu bukan shalat yang sebenarnya. Dan kalu toh tetap disebut shalat, maka pelaksanaan shalat yang tampak lahiriyah ini hanyalah hiasan dari shalat yang Daim. Dalam pemahaman Jawa. Shalat Daim adalah shalat yang ditegakkan secara terus-menerus tidak pernah putus. Baik ketika berjaga maupun ketika tidur. Syekh Siti Jenar, Achmad Chodjim, hlm. 203 Menurut Syekh Siti Jenar, hanya orang-orang yang dungu dan tidak tahu saja yang menuruti aulia atau wali, hanya karena mereka diberi harapan surga kelak di kemudian hari. Siti Jenar justru tak pernah menuruti perintah budi, bersujud-sujud di masjid mengenakan jubah dengan harapan memperoleh sejumlah pahala yang akan diterima nanti. Ketaatan seseorang juga bukan karena dahi dan kepalan tangannya sudah menjadi tebal. Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar, hlm. 66 Bahkan ajaran Syekh Siti Jenar menolak mentah-mentah kiab suci sebagai sumber ilmu, seperti kepercayaan yang menyebar di kalangan Sufi ekstrem. Sebab, menurut Siti Jenar, ilmu tidak dapat dicapai hanya dengan membaca buku-buku, membaca kitab suci. Mendengarkan petuah kyai atau wali. Orang yang berilmu berarti mampu mengetahui kahanan,kenyataan, yang bebas dan pancaindra, mampu melihat tanpa mata, mengengar tanpa telinga, membau tanpa hidung, merasa tanpa meraba, dan menikmati tanpa mengecap? Walaupun latar belakang kehidupan Syekh Siti Jenar tidak jelas, beberapa dokumen yang menjelaskan ajaran Syekh Siti Jenar sangat banyak menunjukkan sikap zindiq-nya. Di samping dengan Dzikir Ojrat Ripangi dan matra-matra Lebe Lonthang yang menimbulkan kesesatan, dia pernah menyuruh membakar masjid dan mengingkari syari’at Islam. Syekh Siti Jenar mengatakan bahwa al-Qua’an merupakan pegangan hidupnya, tetapi secara kontras dia mengingkari hukumanya dan menganalisa kandungannya menurut pemahaman wihdatul wujud dan hawa nafsu zindiqnya. AJARAN SITI JENAR DIDOMINASI KAUM ABANGAN Warna Islam pedalaman yang sinkretis hasil rekayasa Sunan Kalijogo, yang berbeda dengan warna Islam di daerah pesisir murni, dimanfaatkan kaum zindiq untuk merusak Islam. Mereka berpura-pura masuk Islam, namun banyak ajaran agama yang diselewengkan. Dan mereka terpecah menjadi tiga kelompok Pertama Kelompok yang tidak menerima Islam secara kaffah menyeluruh karena menurut mereka agama lama juga tidak kalah baiknya. Bahkan sebagian mereka membesar-besarkan peranan Sunan Kalijogo adalah guru mistik terbesar yang pernah ada di Jawa dan sebagai tokoh dalam perkembangan Islam di Indonesia, khususnya Jawa. Kelompok ini tidak ragu menggunakan do’a berbahasa Jawa seperti yang dicontohkan Sunan Kalijogo dengan Mantra Betuah dan Kidung Rumekso Ingweya yang sangat memikat hati. Dari sinilah tumbuhnya aliran kebatinan atau kejawen yang kemudian menjamur sejak akhri abad ke-19. Kedua Kelompok yang tidak mau menerima Islam tetapi tidak berani menentang secara terang-terangan, lalu bersikap zindiq. Kelompok kedua ini masih melanjutkan upaya seperti yang dilakukan Syekh Siti Jenar pada masa hidupnya. Namaun, sepnjang abad ke-17,mereka belum berani berbuat seperti gurunya karena khawatir akan mengalami nasib yang sama, karena pemerintah Islam Mataram masih sangat kuat. Ketiga Kelompok yang tetap tidak mau menerima Islam dan tetap bertahan dengan agama apa saja selain Islam. Misteri Syekh Siti Jenar, Prof. Dr. Hasanu Simon, hlm. 427-428 Demikianlah gambaran sekilas tentang pemikiran Syekh Siti Jenar yang membawa paham berbahaya Wihdatul Wujud. Maka sungguh mengherenkan jika pada zaman sekarang pemikiran berbahaya tersebut dibela dan dibenarkan. Semoga Allah Ta’ala menampakkan al-Haq kepada kita dan menjadikan kita tegar di atasnya. Ustad Zainal Abidin bin Syamsuddin, Lc. Majalah al-Furqan edisi 157, tahun ke-14 Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android. Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 Donasi dapat disalurkan ke rekening 4564807232 BCA / 7051601496 Syariah Mandiri / 1370006372474 Mandiri. Hendri Syahrial 🔍 Mubahallah, Talangan Haji, Kumpulan Hadits Istighfar, Bacaan Khususon Untuk Orang Yang Masih Hidup, Doa Birrul Walidain, Kata Kata Maaf Sebelum Ramadhan KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO CARA SHOLAT, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28
Dialogini tertera pada buku Sang Pembaharu Syekh Siti Jenar karya Agus Sunyoto jilid 3Syekh Abdul Jalil = Syekh Siti JenarSri Mangana = Pangeran CakrabuanaG
Dalamvidio ini termuat wejangan Mbah Nyun Tentang sosok Syehk Siti Jenar Dan Mbah Nyun akan menjelaskan sejatinya syehk siti Jenar itu bukanlah sesosok yang
SyekhSiti Jénar iku ulama kang nyebarake agama Islam ing tanah jawa. Arti Siti Jénar ya iku lemah kuning utawa kekuwatan api. Nanginng jeneng laire Siti Jénar ya iku Abdul Jalil. sepucuk carita Siti Jénar kan wus kabubuh ing Serat Centhini Tembang 18 kang ditrejemahke saka basa Prancis déning Elizabeth D. Inandiak kanthi bukune sek judhul Centhini Kekasih Yang Tersembunyi.
1Syekh Siti jenar Versi Damar Shashangka Syekh Siti Jenar (Bagian: 1) Oleh : Damar Shashangka Konon, Seorang ulama Islam, bernama Syeh Abdul Jalil, d cv7jOQ.
  • hji3808c2i.pages.dev/665
  • hji3808c2i.pages.dev/272
  • hji3808c2i.pages.dev/345
  • hji3808c2i.pages.dev/683
  • hji3808c2i.pages.dev/8
  • hji3808c2i.pages.dev/455
  • hji3808c2i.pages.dev/778
  • hji3808c2i.pages.dev/702
  • hji3808c2i.pages.dev/912
  • hji3808c2i.pages.dev/443
  • hji3808c2i.pages.dev/209
  • hji3808c2i.pages.dev/13
  • hji3808c2i.pages.dev/301
  • hji3808c2i.pages.dev/803
  • hji3808c2i.pages.dev/595
  • wejangan syekh siti jenar